Selasa 12 Mar 2024 16:12 WIB

Jadi Banyak Jajan Akibat Lapar Mata Jelang Berbuka? Lakukan Ini Biar Puasa Lebih Bermakna

Selama Ramadhan, makin banyak penjaja makanan yang berjualan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Pedagang takjil yang berjualan di pasar dadakan Benhil, Jakarta Pusat. Benhil terkenal sebagai sentra kuliner Ramadhan.
Foto: Republika/Muhammad Rizky Triyana
Pedagang takjil yang berjualan di pasar dadakan Benhil, Jakarta Pusat. Benhil terkenal sebagai sentra kuliner Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bulan Ramadhan, makin banyak penjaja makanan yang berjualan. Bahkan, ada makanan tertentu yang hanya dijual di bulan Ramadhan.

Tak heran jika ekonomi bergeliat dengan adanya pasar yang menjual hidangan untuk berbuka puasa. Di sisi lain, andaikan orang jadi banyak jajan gara-gara lapar mata, apakah esensi puasanya berkurang?

Baca Juga

Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta ustadz Irfan Helmi mengungkapkan kalau lapar mata ini dalam arti seseorang menjadi tergiur membeli dan menikmati makanan padahal statusnya masih berpuasa dan belum tiba waktu Maghrib, maka ini sesungguhnya merupakan godaan. Kalau seseorang itu terus menuruti godaan lapar mata itu, kemudian ingin menikmati makanan itu tanpa diketahui orang, jelas orang itu berdosa karena sesungguhnya Allah Mahamengetahui.

Sebaliknya, jika seseorang itu hanya ingin saja, tetapi tidak menikmati makanan, maka akan dicatat satu kebaikan untuk dia.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW, "Apabila dia berkeinginan untuk berbuat dosa tetapi tidak dia lakukan hal itu, maka akan dicatat baginya satu kebaikan, tetapi kalau dia ada keinginan untuk melakukan dosa dan terus dikerjakan maka akan dicatat sebagai satu dosa."

Lalu, adakah amalan-amalan yang sebaiknya dikerjakan agar Muslim dan Muslimah tetap fokus beribadah di bulan Ramadhan dan menjadi tidak memikirkan jajan makanan dan minuman? Ustadz Irfan menjelaskan amalan yang paling utama adalah amalan hati, yakni  seseorang yang mengikhlaskan puasanya karena Allah SWT.  

Menurut ustadz Irfan, orang yang betul-betul melakukan ini secara gigih, dia sadar betul jika belum waktunya untuk berbuka puasa, maka tidak akan tergoda untuk mencicipi atau menikmati berbagai makanan yang ada.

Kedua, agar seseorang bisa mengamalkan berbagai amalan di bulan Ramadhan, maka dia harus menuntut ilmu. Misalnya, mencari apa saja amalan-amalan ladang pahala yang bisa dia raih selama bulan Ramadhan ini.

"Setelah dia belajar, dia akan tahu ternyata Nabi (Muhammad SAW) itu kalau di bulan Ramadhan suka tadarus dengan malaikat Jibril berdasarkan hadist-hadist yang shahih, maka dia terus pun ingin tadarus," katanya.

Beberapa contoh amalan lainnya adalah salat tarawih dan berinfak. Ustaz Irfan menuturkan keutamaan sholat tarawih itu sangat besar karena Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa yang qiyam Ramadhan atau sholat tarawih karena didasari oleh iman dan mengharap pada pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya."

Buat mereka yang suka jajan, ada alternatif yang lebih bermanfaat untuk dilakukan selama Ramadhan. Mengapa tidak coba membeli makanan yang menarik mata untuk diberikan kepada orang-orang yang berbuka puasa di masjid atau di perjalanan?

Ustadz Irfan mengungkapkan Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling dermawan dan akan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan. Umat Islam bisa mencontoh Nabi Muhammad SAW dengan banyak berinfak, banyak bersedekah, dan banyak memberi bantuan kepada orang lain, misalnya, dengan memberi makanan buka puasa kepada orang yang sedang berpuasa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement