REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statitistik (BPS) Amalia A Widyasanti menegaskan tidak ada impor kurma yang berasal dari Israel. Amalia menyebut, negara pemasok kurma terbesar ke RI adalah Tunisia, Mesir, Iran, dan Arab Saudi.
"Impor kurma terbesar dari Tunisia, Mesir, kemudian Iran, Arab Saudi, tidak ada impor kurma yang berasal dari Israel, tidak ada," ujar Amalia dalam rilis BPS, Jumat (15/3/2024).
Berdasarkan catatan BPS, terjadi kenaikan volume impor kurma pada Februari 2024 atau menjelang masuknya bulan suci Ramadhan sebanyak 11.240 ton atau 51,28 persen dibandingkan Januari 2023 lalu (month to month) 7.430 ton. Amalia mengatakan, impor RI terhadap komoditas kurma pada Februari 2024 juga mengalami kenaikan secara nilai dibandingkan bulan sebelumnya.
"Menjelang Ramadhan tercatat kenaikan impor kurma pada Februari 2024 baik secara nilai maupun volume. Nilai impor kurma pada Februari 2024 tercatat sebesar 17,18 juta dolar AS naik sebesar 3,52 juta dolar atau 25,77 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu Januari 2024," ujar Amalia.
Amalia menyebut, impor kurma sepanjang Januari-Februari 2024 paling banyak berasal dari Tunisia (29,66 persen) disusul Mesir (28,35 persen), Iran (9,30 persen) dan keempat Arab Saudi (8,61 persen). Kemudian sisanya ada 24,07 persen kurma dari negara lainnya.
"Jadi asal impor terbesar Indonesia itu dari Tunisia hampir 30 persen setelah itu Mesir, itu dua terbesar," ujarnya.
Namun demikian, impor kurma RI pada Februari 2024 secara year on year (yoy) justru menurun dibandingkan Febuari 2023 lalu sebesar 12.790 ton.
"Dibandingkan dengan Januari-Februari tahun sebelumnya, impor kurma Januari-Februari 2024 masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ujarnya.
Secara umum, perkembangan nilai impor RI pada Februari 2024 mencapai 18,44 miliar dolar AS atau turun 0,29 persen dibandingkan Januari 2024 atau naik 15,84 persen dibandingkan Februari 2023. Secara rinci, impor migas senilai 2,98 miliar dolar AS atau naik 10,42 persen (month to month) sedangkan impor nonmigas senilai 15,46 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 2,12 persen (mtm).
"Penurunan nilai impor secara bulanan disebabkan oleh penurunan nilai impor non-migas dengan andil penurunan sebesar 1,81 persen," ujar Amalia.
Sedangkan secara tahunan nilai impor Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2023 atau yang tercatat naik sebesar 15,84 persen. Dengan nilai impor migas naik 23,82 persen sementara impor nonmigas naik 14,42 persen.