Sabtu 16 Mar 2024 15:49 WIB

Habib Jafar Kisahkan Dahsyatnya Dampak Makanan Halal dan Haram

Habib Husein Jafar Al Hadar menyampaikan tausiyahnya di Masjid Istiqlal.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Habib Husein Jafar Al Hadar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Habib Husein Jafar Al Hadar.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Habib Husein Jafar Al Hadar menyampaikan tausiyah mengenai dahsyatnya dampak makanan yang halal dan thayib, serta dahsyatnya efek samping makanan yang haram dan syubhat. Tausiyah Habib Jafar tersebut disampaikan dalam Tabligh Akbar dan Buka Puasa Bersama di Masjid Istiqlal, Jumat (15/3/2024).

Habib Jafar dalam tausiyahnya menyampaikan sebuah kisah, suatu ketika ada seorang ayah yang mencintai anaknya. Sebagai ungkapan cinta ayahnya kepada anaknya, ayah tersebut menjaga anaknya sejak pertama kali lahir hingga usia 14 tahun.

Baca Juga

"Anak tersebut tidak dikeluarkan dari rumahnya dan dijauhkan dari segala makanan, minuman dan hal-hal yang dikonsumsi olehnya yang bersifat tidak halal dan tidak thayib," kata Habib Jafar di Masjid Istiqlal, Jumat (15/3/2024).

Habib Jafar menegaskan, anak tersebut tidak pernah makan, minum dan mengkonsumsi apapun yang tidak halal dan tidak thayib selama 14 tahun. Anak tersebut juga tidak pernah melihat dan mendengar yang tidak halal dan tidak thayib selama 14 tahun.

Kemudian setelah anaknya berumur 14 tahun, ayahnya ingin mengetahui bagaimana dahsyatnya seseorang yang menjaga dirinya dari makanan dan minuman haram yang tidak pernah masuk ke dalam tubuhnya.

Maka dibawalah anak tersebut ke pasar, karena Nabi Muhammad SAW pernah berkata bahwa pasar sering menjadi tempat berdiamnya setan. Karena di dalam pasar ada penipuan, ada riba dan lain sebagainya.

"Ketika di pasar, anak tersebut berbicara secara mengejutkan kepada ayahnya, anak itu menunjukan kepada ayahnya bahwa orang itu ahli surga tapi orang di sana ahli neraka," ujar Habib Jafar.

Habib Jafar meneruskan kisahnya, ayah anak tersebut bertanya, mengapa anaknya bisa melihat seperti itu. Anaknya menjawab kepada ayahnya bahwa dirinya melihat orang itu bercahaya, tapi orang di sana penuh dengan kegelapan di wajahnya.

Ternyata, Allah SWT telah mengangkat hijab atau penghalang dari mata anak tersebut yang menjaga dirinya dari makanan yang haram, tidak thayib dan syubhat. Sehingga anak tersebut bisa mengetahui mana orang baik dan mana orang yang tidak baik. Karena anak itu mendapat keberkahan dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayib selama 14 tahun.

"Keesokan harinya, ayahnya kembali mengajak anak tersebut ke pasar untuk berdagang, tapi ada sesuatu yang berbeda ketika anak itu pulang bersama ayahnya," jelas Habib Jafar.

Habib Jafar mengatakan, sang ayah bertanya lagi kepada anaknya, mana orang yang baik dan mana orang yang tidak baik. Anak tersebut menjawab bahwa dirinya sudah tidak bisa melihat seperti kemarin, sehingga tidak tahu mana orang yang baik dan tidak baik.

Ayahnya bertanya-tanya kenapa kemampuan anaknya menghilang begitu saja. Setelah dicari tahu oleh ayahnya, ternyata saat pulang dari pasar anaknya memungut dan memakan satu biji kurma yang jatuh di tengah jalan.

"Ternyata kurma itu tidak haram tapi kurma itu syubhat, sesuatu yang tidak kita ketahui secara pasti kehalalan dan keharamannya, kurma itu kurma yang jatuh dari tumpukan kurma yang dijual oleh orang-orang yang ada di pasar dan akhirnya kurma itu diambil dan dikonsumsi anak tersebut," ujar Habib Jafar.

Habib Jafar mengatakan, maka 14 tahun anak tersebut berpuasa dari memakan makanan yang haram dan tidak thayib dan syubhat, tapi keberkahan yang didapat dari hasil puasa 14 tahun itu hilang begitu saja karena satu biji kurma.

"Oleh karena itu kata guru kami Habib Umar bin Hafidz satu makanan yang syubhat bukan haram masuk ke dalam tubuh kita, maka ia akan menjadi daging yang menyebabkan doa kita tidak dikabulkan dan menyebabkan kita cenderung kepada hal-hal yang haram dan tindakan-tindakan yang haram dan tidak bisa dihapus kecuali dengan 70 kali ibadah fardhu yang diterima oleh Allah," kata Habib Jafar.

Habib Jafar menegaskan, bukan sholat yang dilakukan selama 70 kali, tapi sholat 70 kali yang diterima oleh Allah. Itu menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh mengkonsumsi makanan halal ataupun haram.

"Kalau doa kita sudah lama tidak dikabulkan mungkin ada hal-hal yang haram yang menyangkut kepada diri kita karena hal-hal yang haram menghijab (menghalang) kita dari Allah," ujar Habib Jafar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement