Ahad 17 Mar 2024 13:16 WIB

Pendukung Navalny Bersiap Gelar Protes Tengah Hari

Berdasarkan jajak pendapat Levada Center angka dukungan Putin mencapai 86 persen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Massa demontrasi di Amerika Serikat menuntut investigasi kematian Navalny.
Foto: VOA
Massa demontrasi di Amerika Serikat menuntut investigasi kematian Navalny.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Setelah Alexei Navalny tewas dan dimakamkan di Moskow sementara politisi anti-Kremlin lainnya di pengasingan atau penjara, oposisi pemerintah Rusia berada di titik terendah. Namun di hari terakhir pemungutan suara Ahad (17/3/2024) mereka menggelar protes simbolis yang mereka harap mendapat tanggapan.

Para pendukung Navalny menyerukan aksi "Lawan Putin Tengah Hari" aksi yang mengajak warga Rusia melawan Presiden Vladimir Putin dengan mendatangi tempat pemungutan suara tepat pada tengah hari. Lalu mengantre untuk menerima surat suara dan kemudian memilih dengan cara yang mengungkapkan protes atau mempersulit pihak berwenang.  

Baca Juga

Mereka menyarankan, hal ini dapat dilakukan dengan merobek surat suara, menulis "Alexei Navalny" di kertas suara atau memilih salah satu dari tiga kandidat yang melawan Putin meski para oposisi menganggap mereka "boneka" Kremlin.  

Di media sosial yang difasilitasi pengacaranya, sebelum meninggal dunia Navalny mendukung rencana tersebut. Surat kabar Novaya Gazeta menyebut rencana aksi itu "pernyataan politik Navalny." Kritikus Kremlin paling keras sekalipun menilai aksi yang sudah dianggap ilegal oleh pihak berwenang, akan berdampak pada fakta Putin akan memenangkan pemilihan presiden.

Dengan dukungan media pemerintah, kampanye seputar kemenangan invasinya di Ukraina dan modernisasi infrastruktur, Kremlin mengatakan Putin menikmati dukungan masyarakat.  Berdasarkan jajak pendapat Levada Center angka dukungan Putin mencapai 86 persen. Namun aksi Ahad ini merupakan protes gagasan yang menurut pendukungnya akan menaikan moral kolektif setelah kematian Navalny di penjara Artik bulan lalu.

Menunjukkan mereka yang melawan Putin tidak sendirian dan memperlihatkan pada dunia tidak semua rakyat Rusia mendukung Putin. "Ia (Putin) akan menunjukkan angka 80 atau 90 persen, tapi akan tidak mungkin menjelaskan dalam bahasa yang sederhana pada siapa pun di dunia, lihat foto-fotonya, terlepas dari semua ancaman dan penindasan lihat berapa banyak orang yang berkumpul di tengah hari, menunjukkan mereka melawan Putin. Jadi ini aksi yang sangat penting," kata sekutu Navalny, Ivan Zhdanov pada pendukungnya bulan ini.

Namun terlibat dalam aksi ini pun sejatinya menimbulkan resiko. Pihak berwenang yang melihat pendukung Navalny sebagai ekstremis yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk merusak stabilitas Rusia dan mengganggu pemilihan umum sudah mengirim surat peringatan dan memblokir situs resmi aksi itu di dalam Rusia.

Kremlin sudah menegaskan seruan aksi dari sekutu-sekutu Navalny yang berada di luar Rusia, sebagai provokatif dan  mengatakan polisi akan menindak tegas setiap perilaku ilegal. Maria Andreeva yang suaminya berperang di Ukraina dan ikut dalam protes istri tentara yang menuntut suami mereka ditarik dari medan perang, mengunggah surat peringatan yang ia terima dari kejaksaan Moskow pada 13 Maret 2024.

Jaksa mengatakan, ia menerima surat itu karena ia mengunggah ulang video tentang aksi ini di media sosialnya. Surat tersebut mengatakan jaksa memandang tindakannya sebagai tanda ia bersiap mengambil bagian dalam apa yang disebutnya sebagai acara publik ilegal dan tidak berizin yang "menimbulkan tanda-tanda aktivitas ekstremis."

Surat itu mengatakan Andreeva dapat menghadapi konsekuensi hukum bila tidak hati-hati. Dalam responnya di aplikasi kirim-pesan Telegram, ia menolak ancaman tersebut. "Saya memiliki hak kapan saya ingin datang dan memilih siapa pun yang saya mau," katanya.

Risiko lain bagi pihak oposisi adalah jumlah pemilih yang mengecewakan dan kredibilitasnya menurun. Dengan luasnya daratan Rusia yang tersebar di 11 zona waktu, para pemilih yang melakukan protes akan tersebar dan tidak terkonsentrasi menjadi satu massa.

Beberapa perusahaan menyarankan pegawainya memilih hari Jumat (15/3/2024) dan beberapa pemerintah daerah menggelar acara hiburan tepat pada protes tengah hari untuk menjauhkan masyarakat dari aksi Ahad. Pekan ini salah satu kritikus Putin dan taipan yang berada di pengasingan, Mikhail Khodorkovsky mengatakan pesan protes yang akan menjadi catatan puluhan ribu petugas pemilihan umum yang terlibat dalam penghitungan suara. Sementara kritikus yang lain lebih skeptis.

"Tidak ada yang memperkirakan ini akan menjadi awal revolusi," kata orang dekat Navalny yang kini berada di London, Vladimir Ashurkov. Peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center Andrei Kolesnikov mengatakan Putin akan tetap menang telak.

“Pemungutan suara pada pukul 12 siang tidak dapat menggoyahkan legitimasi Putin oleh mayoritas pasif yang bergantung pada negara secara ekonomi dan politik,” katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement