Selasa 26 Mar 2024 13:59 WIB

Sejarah Panjang Film Horor Religi Indonesia

Film horor menjadi genre yang paling diminati di Indonesia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Foto adegan film horor The Boogeyman.
Foto: Dok 20th Century Studios
Foto adegan film horor The Boogeyman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produser dan sutradara, Joko Anwar, menyoroti kekayaan sejarah dan budaya film horor Indonesia. Menurut Joko, sejarah film horor Indonesia sangatlah panjang, bahkan mencakup periode sejak tahun 20-an dengan film-film seperti Dua Siluman Ular Putih dan Hitam, atau Doea Siloeman Oeler Poeti en Item.

Dia menekankan bahwa film-film Indonesia memiliki daya tarik yang besar bagi penonton lokal, terutama karena keterkaitannya dengan mistisisme, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. "Dalam budaya kita, karakter-karakter setan sangatlah kaya," kata Joko, dilansir kanal YouTube Cinema21, Selasa (26/3/2024).

Baca Juga

Hal ini menjadikan film horor menjadi genre yang paling diminati di Indonesia. Joko mengatakan ada banyak orang bertanya mengapa film horor begitu banyak diproduksi di Indonesia. Menurut dia, popularitas film horor Indonesia menunjukkan kedekatan yang kuat antara penonton lokal dengan elemen-elemen mistis dalam budaya mereka.

Sineas kelahiran 3 Januari 1976 itu mengungkapkan bahwa film merupakan format yang paling cocok untuk mengemas cerita horor, sehingga mudah menjangkau pasar internasional. Menurut dia,  jika Indonesia ingin mengekspor potensi pop culture-nya, film horor adalah salah satu yang memiliki peluang terbesar.

Film horor Indonesia telah lama memainkan peran yang signifikan dalam mengeksploitasi tema agama sebagai elemen cerita. Dulu, narasi yang umum adalah bahwa tokoh agama, seperti ustaz atau kyai, selalu berhasil mengalahkan setan atau kekuatan gelap dalam cerita. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tren ini tampaknya mengalami pergeseran.

Kritik terhadap film horor bergenre Islam semakin menguat dalam beberapa hari terakhir, dengan kekhawatiran bahwa film-film ini dapat mengeksploitasi agama Islam. Fenomena popularitas film-film tersebut, yang sering menampilkan pertarungan antara setan dan tokoh agama, telah menimbulkan perdebatan tentang dampaknya terhadap pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap Islam.

Salah satu contoh yang baru-baru ini menimbulkan kontroversi adalah rencana penayangan film Kiblat yang diproduksi oleh Leo Pictures. Meskipun menggabungkan unsur horor dengan tema-tema Islam, gambar poster film tersebut menuai kritik karena terkesan menyeramkan dan tidak sepenuhnya mencerminkan makna sebenarnya dari Kiblat.

Dosen di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surabaya, M Febriyanto Firman Wijaya menyoroti beberapa alasan di balik kekhawatiran terhadap film-film horor bergenre Islam. Salah satunya adalah kesalahpahaman tentang Islam, di mana film-film tersebut sering kali menyajikan gambaran yang tidak akurat tentang ajaran Islam, sehingga menyebabkan potensi kesalahpahaman dan misinterpretasi.

Selain itu, penggunaan simbol-simbol agama Islam dan ritual keagamaan dalam film-film horor dianggap sebagai eksploitasi dan dapat menodai kesucian agama. Hal ini juga dapat memperkuat //stereotype// negatif tentang Islam, seperti mengasosiasikan Islam dengan kekerasan dan ilmu hitam, yang berpotensi meningkatkan Islamofobia dan prasangka terhadap umat Islam.

“Hal ini dapat berkontribusi terhadap Islamofobia dan prasangka terhadap umat Islam,” ujar Riyan, dilansir UM-Surabaya.co.id//.

Film horor dapat memberikan....

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement