Selasa 02 Apr 2024 13:06 WIB

Sanksi BWF dan Kisah Kebangkitan Gemilang Greysia Polii

Greysia pernah dituduh melakukan match fixing, mengalah demi hindari lawan berat.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Israr Itah
Mantan Pebulu Tangkis Nasional Greysia Polii (tengah). Republika/Prayogi.
Foto: Republika/Prayogi
Mantan Pebulu Tangkis Nasional Greysia Polii (tengah). Republika/Prayogi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) yang resmi menghukum delapan pebulu tangkis Indonesia mendapat sorotan. Kasus ini sebenarnya mencuat pada 2021, tapi hukuman resmi ditetapkan tahun ini.

BWF memberikan sanksi tegas. Ada yang sampai dilarang bertanding seumur hidup berlaga di level profesional.

Baca Juga

BWF menilai para pebulu tangkis itu melakukan kecurangan. Mereka terlibat kasus taruhan dan pengaturan hasil pertandingan (match fixing). 

Bicara tentang hukuman dari BWF, legenda hidup tepok bulu tanah air, Greysia Polli pernah merasakannya. Tepatnya pada Olimpiade London, 2012 lalu.

Greysia besar di sektor ganda putri. Saat itu, ia berpasangan dengan Meiliana Jauhari. Bersama tiga pasangan lainnya, mereka didiskualifikasi dari turnamen. 

Situasi bermula ketika di Grup A, ganda putri China, Wang Xiaoli/Yu Yang finis di peringkat kedua. Otomatis pasangan yang ketika itu berada di peringkat atas alias berstatus favorit, bakal bertemu juara di Grup B yang diisi Greysia/Meiliana.

Pasangan Indonesia itu bersaing dengan wakil Korea Selatan Ha Jung-eun/Kim Min-jung. BWF menilai pertandingan ini diwarnai tindakan tidak sportif. Ada indikasi kedua pasangan tidak mengeluarkan upaya terbaik demi menghindari ganda putri nomor satu dunia di babak gugur.

Tidak mengeluarkan kemampuan terbaik demi menghadapi lawan yang lebih mudah pada fase berikutnya termasuk kategori match fixing dalam statuta BWF.

Greysia/Meiliana merasa tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Sayangnya, tak ada rekam jejak yang bisa dijadikan bukti, Video tayangan ditake down. 

"Dari situ saya merasa, saya memang harus terima keputusan BWF dan keputusan IOC," kata Greysia, beberapa waktu lalu.

Kejadian tersebut membuat atlet kelahiran Jakarta ini terpukul. Ia sampai menghindari awak media setibanya di Indonesia. Kepercayaan dirinya sempat hilang. Apalagi ia sempat dihukum oleh PBSI meskipun tak lama dicabut.

Berkat bantuan orang-orang terdekat serta psikolog dari pelatnas, Greysia bangkit. Dua tahun berselang, namanya harum di Asian Games 2014. Ia yang ditandemkan dengan Nitya Krishinda Maheswari meraih medali emas di Incheon, Korsel.

Belum berhenti sampai di situ. Pada 2020, Greysia meraih medali emas Olimpiade Tokyo. Saat itu, ia berpasangan dengan Apriyani Rahayu. Ia merasakan nyaris semua gelar bergengsi di bulu tangkis.

"Semoga apa yang sudah saya lalui dalam karier saya, bisa menjadi pembelajaran dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia," ujarnya.

Greysia Polii resmi gantung raket dua tahun setelah ia berjaya di Tokyo. Pada 12 Juni 2022, ia melakukan victoy lap menyapa semua penonton di Istora, pertanda ia mengakhiri petualangan yang sudah membesarkan namanya.

Usai gantung raket, Greysia terpilih sebagai Ketua Komisi Atlet BWF pada 2022 dan bertugas sampai 2025.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement