REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Alquran mengungkapkan salah satu perangai buruk Yahudi yaitu gemar membunuh nabi yang mendakwahkan kebaikan di kalangan mereka.
Allah SWT juga menyebutkan orang-orang Yahudi mencoba untuk membunuh Nabi Isa alaihissalam, namun tidak berhasil. Allah SWT berfirman
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
“Dan karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,- padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS An-Nisa ayat 157)
Demikian pula dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau tak luput dari kelakuan zalim orang-orang Yahudi. Mereka berusaha untuk membunuh beliau, namun gagal. Ketika beliau sedang tidur, ada seorang Yahudi yang hendak menjatuhkan batu besar ke tubuh beliau yang dilemparkan dari atas rumah.
Suatu hari, Nabi SAW bersama beberapa sahabatnya pergi ke perkampungan Bani Nadhir untuk meminta diyat terkait terbunuhnya dua orang dari Bani Kilab oleh Amr bin Umayyah ad-Damiri.
Ketika Rasulullah SAW mengutarakan maksud kedatangan beliau SAW ke Bani Nadhir, awalnya mereka menyanggupinya. Mereka mengatakan,
“Wahai Abul Qasim, kami akan memenuhinya. Silakan duduk sampai kami bisa memenuhi kebutuhanmu.”
Rasulullah SAW duduk di dekat tembok rumah mereka bersama Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan beberapa sahabat lainnya. Sementara di tempat lain, orang-orang Bani Nadhir berkumpul dan berencana membunuh Rasulullah SAW. Mereka mengatakan, “Siapa di antara kalian yang mau menjatuhkan batu ini ke kepala Muhammad sampai pecah?” Salah satu dari mereka yang bernama Amru ibnu Jihasy mengatakan, “Aku yang akan melakukannya.”
Mendengar rencana ini, Salam bin Misykam berusaha mencegah mereka. “Jangan kalian lakukan! Demi Allah, pasti Allah akan memberitahukan rencana kalian ini kepadanya.” Peringatan Salam bin Misykam tersebut ternyata sama sekali tidak diindahkan. Mereka tetap berencana meneruskan niat jahat yang telah tertanam dalam.
Apa yang dikhawatirkan Salam bin Misykam pun benar-benar terjadi. Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril yang memberitahukan rencana tersebut.
Setelah mendapat wahyu itu, Nabi SAW segera beranjak dari tempat duduknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan pulang ke Madinah, begitu pula para sahabat. Mereka bertanya tentang apa yang menyebabkan beliau SAW tiba-tiba bangkit dari tempat beliau dan pulang.
Rasulullah SAW pun menceritakan niat jahat orang-orang Yahudi yang hendak membunuhnya. Tidak lama kemudian, Rasulullah SAW mengutus Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan keputusan beliau SAW kepada Bani Nadhir.
Muhammad bin Maslamah berkata kepada orang-orang Yahudi Bani Nadhir, “Keluarlah kalian dari Madinah. Aku beri kalian tenggang waktu 10 hari. Jika aku masih menemui kalian setelah 10 hari tersebut, akan aku tebas batang leher kalian!”
Selain kisah tersebut, Rasulullah SAW juga pernah disakiti oleh orang Yahudi. Yaitu saat beliau diundang oleh seorang wanita Yahudi dari Khaibar untuk makan kambing. Ternyata hidangan tersebut sudah dibubuhi racun terlebih dahulu.
Namun beliau memuntahkan makanan tersebut dan tidak jadi menelannya, karena tulang kambing panggang itu menyampaikan kepada Nabi SAW bahwa dia telah dibubuhi racun.
Sumber: penggalan dari naskah khutbah Fachrur Rozy, Staf Pengajar Ma’had Aly An-Nuur, yang juga dipublikasikan di laman resmi Ma’had Aly An-Nuur Sukoharjo pada 9 November 2023.