Selasa 09 Apr 2024 07:54 WIB

Khutbah Idul Fitri 1445 H: Spirit Idul Fitri untuk Keadilan dan Perdamaian Global 

Idul Fitri adalah momentum meneruskan kebaikan selama Ramadhan

Ilustrasi Khutbah Idul Fitri. Idul Fitri adalah momentum meneruskan kebaikan selama Ramadhan
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi Khutbah Idul Fitri. Idul Fitri adalah momentum meneruskan kebaikan selama Ramadhan

Oleh : Prof Sudarnoto, Ketua MUI Bidang Hubunan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional

REPUBLIKA.CO.ID,  

الله اكبر الله اكبر الله اكبر

Baca Juga

الله اكبر الله اكبر ا لله اكبر

الله اكبر الله اكبر الله اكبر

الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة

واصيلا  لا اله الا الله وحده ونصر عبده واعز جنده وهزم الاحزاب وحده

لااله الاالله ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين ولوكره الكافرون لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

الحمدلله الذي وفقناالاتمام شهر رمظان واعاننا علي الصيام والقيام وجعلنا خير امة اخرجت للناس نحمده علي توفيفه وهدايته

واشهد ان لااله الاالله وحده لاشريك له الملك الحق المبين واشهد ان محمدا عبده ورسوله خاتم النبيين

والصلاة والسلام علي محمد وعلي اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم باحسان الي يوم الين اما بعد

فيا عبادالله اوصيكم ونفسي بتفوي الله فقد فاز المتقون فوزا عظيما

قال الله تعالي في كتابه الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمان الرحيم 

 يا ايها الذين امنوا اتقوا الله حق نقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون

يا ايها الذين امنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم اعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطعالله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما

الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر

 

Syukur kita panjatkan kepada Allah Tuhan Semesta Alam, Robussamawati wal Ardh, yang menganugerahkan begitu banyak tanda-tanda kebesaranNya sehingga kita pada hari yang sangat baik ini bisa kumandangkan Takbir, Tahlil, Tahmid dan Tasbih secara serentak bersama-sama. Di tempat yang sangat baik ini, kita panjatkan syukur ke hadirat Allah karena kita telah menunaikan ibadah Siam Ramadlan selama satu bulan penuh  sesuai dengan tuntunan Syariat. Alhamdulillah wa syukrulillah juga kita panjatkan karena pagi ini kita secara berjamaah berkesempatan melaksanakan ibadah Sholat  Sunnah Muakkadah Idul Fitri dan menunaikan Zakat Fitrah, semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

Alhamdulillah nikmat Allah juga telah terhampar di langit dan bumi untuk kita semua. Allah berjanji dalam kitab suciNya akan menambahkan rezeki dan nikmat  jika kita bersyukur. Karena itu, melalui Majelis Idul Fitri pagi ini mari kita kembali menghitung dan merenungkan sudahkah kita termasuk hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur? Sudakah kita tunjukkan bahwa perjalanan hidup kita, apa yang selama ini kita lakukan dan kerjakan telah benar-benar mencerminkan ketundukan atau kepatuhan total kita kepada Sang Pemberi rezeki dan kenikmatan?

Sudahkah kita juga menyadari bahwa sebagai makhluq sosial kita telah memberikan perhatian kepada lingkungan membaca dengan seksama apa yang terjadi di sekitar kita dan merawatnya dengan sepenuh hati. Sudahkah kita mengimplementasikan ajaran sosial yang menyebutkan “khoirunas anfauhum lin nas” sebaik-baik manusia adalah mereka yang bersedia melakukan sesuatu dan mendatangkan manfaat kepada orang lain?       

Pertanyaan-pertanyaan di atas sungguh sangat penting karena semua itu terkait dengan makna di balik hubungan kita dengan  Allah dan alam semesta. Tiga hal inilah --yaitu Allah, manusia, dan lingkungan-- yang juga menjadi inti dari agama.

Sejarah agama-agama telah menunjukkan bahwa pencarian makna dari kehidupan manusia sudah terjadi sangat panjang dan bahkan hingga hari ini masih berlangsung. Ketika manusia merasa dan menyadari memiliki kelemahan di tengah kekuatan alam, maka mereka bertanya siapakah sebetulnya yang kuat dan mampu mengatasai semua kekuatan yang ada di alam ini? Siapakah sebetulnya yang mengatur seluruh perjalanan alam ini,  yang menguasai seluruh peristiwa alam yang sangat dahsyat itu? Adakah sebuah kekuatan yang Mahakuat di balik semua kekuatan alam ini? 

Tidak sedikit orang berkeyakinan bahwa semua yang ada di alam semesta ini tercipta dengan sendirinya melalui proses alam biasa, kemudian bergerak karena proses alam dan pada akhirnya akan rusak dan hancur juga karena proses alamiyah.  Bagi mereka, tidak ada kekuatan apapun yang mengatur seluruh gerakan di balik proses alam ini. Semua terjadi karena alamiyah; tidak ada tuhan yang mengatur kehidupan dan kematian manusia. Bagi mereka, manusia hanya akan bertanggung jawab kepada dirinya sendiri atas apa yang dia lakukan selama ini di dunia, tidak bertanggungjawab kepada tuhan karena mereka tidak percaya adanya tuhan. Merekalah penganut paham Materialisme-Ateisme yang mengingkari adanya Tuhan, dan karena itu menolak agama. 

Satu-satunya kekuatan yang dipercaya dan bisa diandalkan untuk mengatur, membangun dan menjaga kehidupan hanyalah manusia dan bekalnya adalah akal dan produk ilmu pengetahuan. Kekuatan akal dan ilmu pengetahuanlah satu-satunya yang bisa dipercaya mampu melakukan perubahan besar dan mengarahkan kehidupan masa depan dan bahkan yang mampu menghancurkan kehidupan dalam skala besar sekalipun. Ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah menggantikan peran agama untuk menyelesaikan banyak masalah dan membangun kehidupan. Agama bagi kaum materialisme-ateisme adalah hayalan dan candu yang justru menyesatkan dan merusak kehidupan dan tidak akan mungkin bisa membangun kebudayaan yang kokoh. Atas dasar inilah maka pendidikan  haruslah dibangun untuk mengasah kecerdasan akal, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan meninggalkan agama.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement