REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi memberi ucapan (tahniah) saat Hari Raya Idul Fitri diketahui telah dilakukan di kalangan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Hal ini tentu saja diikuti oleh seluruh masyarakat Muslim hingga saat ini.
Di Indonesia, salah satu bunyi bacaan selamat yang populer adalah "minal 'aidin wal faizin". Menurut ustadzah Mamah Dedeh, kalimat tahniah saat Lebaran, termasuk ucapan tersebut, dapat mengandung arti dari agama yang benar kembali ke yang benar.
"Awalnya suci, bersih begitu lahir banyak dosa, jadi semoga habis Lebaran bersih lagi," kata Mamah Dedeh, saat dihubungi, Senin (8/4/2024).
Pada umumnya, ucapan tersebut memiliki arti "Semoga Allah menjadikan kita semua tergolong orang-orang yang kembali (fitrah) dan berhasil / sukses (dalam ibadah)". Akan tetapi, dikutip dari laman NU Online, ucapan "minal 'aaidiin wal faaiziin", sebenarnya bisa dibilang hasil meringkas dari ucapan panjang.
Kalimat tersebut memang bisa memiliki arti "(Semoga) kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang". Namun, tahniah ini tidak ada sangkut pautnya dengan mohon maaf lahir batin.
Ucapan tahniah tersebut telah mengalami penyusutan atau sengaja diringkas. Lebih parahnya, meringkasnya juga kurang pas. Ibaratnya ketika menyampaikan informasi tentang kuda, namun yang dijelaskan adalah ekornya. Secara sederhana, "minal aaidiin wal faaiziin" bukanlah kalimat sempurna (al-jumlatul mufiidah).
Kalimat asalnya lebih panjang, yakni "taqabbalallaahu minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘ammin wa antum bi khair". Artinya, yaitu "Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kami dan kamu. Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah! Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang serta diterima (amal ibadah). Setiap tahun semoga kamu senantia dalam kebaikan."