Senin 15 Apr 2024 00:35 WIB

Apakah Kidsfluencer Bentuk Eksploitasi Anak? Ini Penjelasan Psikolog

Perlu dipertimbangkan apakah anak membuat konten dengan hati senang atau dipaksa.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Anak-anak pembuat konten di media sosial.
Foto: Freepik
Anak-anak pembuat konten di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog anak Universitas Airlangga (Unair) Dr Nur Ainy Fardana menanggapi banyaknya bermunculan kidsfluencer seperti Cipung dan Shabira Alula atau Lala. Kidsfluencer merupakan sebutan untuk anak-anak yang menjadi influencer di media sosial. Biasanya bermula dari orang tuanya yang mengontenkan sang anak. 

Apakah mengontenkan anak-anak termasuk bentuk eksploitasi anak? Nur Ainy menjelaskan, eksploitasi anak berarti menghilangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh anak. Maka dari itu, perlu dilihat terlebih dahulu bagaimana posisi anak dalam pembuatan konten yang melibatkan mereka.

Baca Juga

"Eksploitasi atau tidak, perlu dipertimbangkan apakah anak melakukannya dengan perasaan tertekan dan tidak nyaman, atau sebaliknya? Yakni anak melakukan dengan senang hati," kata dia, Ahad (14/4/2024). 

Nur Ainy melanjutkan, biasanya orang tua pada mulanya hanya merekam momen lucu buah hatinya sebagai kenang-kenangan. Tetapi, kata dia, mengontenkan keseharian anak seperti saat bermain, makan, dan aktivitas lainnya, justru membuat kaburnya perlindungan privasi anak. Terlebih, anak juga menjadi lebih sering terekspos kamera.