Rabu 17 Apr 2024 06:20 WIB

Prabowo Disebut Jadi Pemegang Kunci Rekonsiliasi Politik Nasional

Pengamat dari IPR sebut Prabowo Subianto jadi pemegang kunci rekonsiliasi nasional.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Pengamat dari IPR sebut Prabowo Subianto jadi pemegang kunci rekonsiliasi nasional.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Pengamat dari IPR sebut Prabowo Subianto jadi pemegang kunci rekonsiliasi nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, mengatakan Prabowo Subianto, menjadi faktor kunci rekonsiliasi politik nasional. Terutama dalam upaya mengajak PDIP dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri berdialog. Ujang menyebut peluang Prabowo bertemu dengan Megawati lebih terbuka lantaran antara kedua tokoh ini tidak memiliki problem masa lalu.

“Usaha Prabowo menemui tokoh-tokoh politik termasuk yang berasal dari kubu berseberangan ini memantik rekonsiliasi nasional,” kata Ujang, Selasa (16/4/2024).

Baca Juga

Dari tiga poros di Pilpres 2024 ini, tantangan bagi kubu Prabowo-Gibran tinggal mengajak pertemuan dengan PDIP, utamanya adalah Megawati. Sedangkan kubu satu lagi yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dinilai sudah cair di mana sudah ada pertemua antara Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh dengan Prabowo dan juga Presiden Joko Widodo pasca Pemilu ini. Dan Surya Paloh pun sudah mengakui kemenangan Prabowo-Gibran atas nama Partai Nasdem.

Peluang pertemuan antara Prabowo dengan Megawati lanjut Ujang bisa saja terealisasi. Apakah itu antara Prabowo langsung dengan Mega atau juga lewat perwakilan yang tak lain anaknya sendiri Puan Maharani. Karena Ujang melinat ada gelagat dari Puan untuk PDIP tidak beroposisi dengan pengakuannya tidak ada instruksi soal hak angket Pemilu.

“Kalau rekonsiliasi antara Ibu Megawati dengan Pak Jokowi saya rasa agak sulit dan butuh waktu yang agak panjang,” ucap Ujang.

Ujang menarik lagi ingatan masa lalu di mana Mega sanggup tidak mengacuhkan Susilo Bambang Yudhoyono sejak tahun 2004 sampai sekarang lantaran Mega merasa telah dikhianati. Hal serupa kata Ujang bisa dialami Jokowi karena sekeluarga telah berpaling dari Mega dan PDIP yang selama ini telah memberikan keistimewaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement