REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah asosiasi industri sawit mempromosikan sawit di kalangan santri untuk memberikan pemahaman terkait manfaat positif komoditas tersebut bagi perekonomian, sosial, dan lingkungan.
"Saat ini minyak sawit menghadapi persoalan imej dan citranya di mata masyarakat. Padahal, komoditas ini juga melibatkan petani dan koperasi di dalamnya, jadi tidak benar apabila sawit diidentikkan dengan konglomerasi," ujar Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga dalam keterangannya di Jakarta, Ahad (21/4/2024).
Sahat Sinaga mengatakan produk hilir sawit telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Baik untuk memenuhi kebutuhan pangan, energi, dan oleokimia, terutama saat Ramadhan dan Idul Fitri. Sawit banyak digunakan dan posisinya sulit digantikan oleh minyak nabati lain.
Banyak produk sawit yang membantu santri untuk menjaga kebersihan seperti sabun, shampoo, dan deterjen pakaian, termasuk juga digunakan dalam mengolah makanan antara lain minyak goreng dan margarin.
Keunggulan sawit tidak terlepas dari kebijakan hilirisasi yang meningkatkan jumlah produk turunan dari 54 jenis di 2007, meningkat ke 179 jenis pada 2023. Bahkan kesempatan produk turunan sawit masih terbuka luas untuk dikembangkan.
Terkait upaya mempromosikan manfaat positif sawit di kalangan santri, Sahat menyatakan, salah satunya dilakukan melalui pendistribusian ratusan bantuan kepada pesantren, masjid, dan yayasan yatim piatu di wilayah Jakarta serta Bogor, dan Depok di Jawa Barat selama Ramadhan 2024 bersama Forum Wartawan Pertanian (Forwatan).