Selasa 23 Apr 2024 08:32 WIB

Pergerakan Tanah Terjadi di Garut, Sebabkan 47 Kepala Keluarga Mengungsi

Pemkab Garut masih menunggu hasil kajian dari PVMBG terkait kelayakan lokasi kejadian

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Petugas melakukan pemeriksaan lokasi pergerakan tanah di Kabupaten Garut (Ilustrasi).
Foto: Dok. Republika
Petugas melakukan pemeriksaan lokasi pergerakan tanah di Kabupaten Garut (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG----Bencana pergerakan tanah sepanjang lima hingga tujuh meter terjadi di Kampung Pasirkaliki, Desa Sukamulya, Pakenjeng, Kabupaten Garut berlangsung sejak Maret hingga April. Sebanyak 47 orang kepala keluarga (KK) melakukan evakuasi mandiri atau mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefuloh mengatakan telah melakukan rapat koordinasi menyikapi pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Pasirkaliki. Ia menyebut pergerakan tanah terjadi cukup masif dengan penurunan atau amblas mencapai lima hingga tujuh meter.

Baca Juga

"Hasil assesmen, pergerakan tanah cukup masif dengan penurunan atau amblas mencapai 5-7 meter. Beberapa rumah warga mengalami kerusakan," ujar Aah belum lama ini.

Ia melanjutkan terdapat sekitar 47 Kepala Keluarga yang sudah melakukan evakuasi mandiri. Pihaknya tengah mengkaji terkait penetapan status tanggap darurat atau hanya dengan siaga.

Pihaknya juga menunggu hasil kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait kelayakan lokasi kejadian. Apabila sudah tidak layak ditempati maka Pemkab Garut berupaya melakukan relokasi warga ke tempat yang lebih aman. "Kita sudah memberi segala kemampuan yang ada memberikan beras dan lainnya," kata dia.

Aah mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak terlebih dahulu bertani kembali di lokasi kejadian. Sebab dikhawatirkan lahan tersebut terus bergeser dan membahayakan warga.

Sekretaris Kecamatan (Sekmat) Pakenjeng Irpan F mengatakan warga sudah mengungsi hingga lahan di lokasi kejadian sudah kosong. Warga membutuhkan tempat evakuasi, makanan dan kebutuhan lainnya. "Mudah-mudahan bisa melalui dikeluarkannya status tanggap darurat," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement