REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Polisi membubarkan lusinan pengunjuk rasa yang mendirikan tenda sebagai aksi pro Palestina di halaman depan Universitas Sorbonne, Paris. Aksi ini digelar selama tiga hari setelah protes di universitas Sciences Po di Paris dan terjadi di tengah gelombang aksi unjuk rasa serupa di seluruh kampus di Amerika Serikat (AS).
"Kami memiliki alasan yang sama seperti di Yale, di Columbia, di Sciences Po untuk mengecam apa yang kami lihat," kata seorang mahasiswa yang hanya mengungkapkan namanya Leonard saat berunjuk rasa di depan gerbang Sorbonne, Senin (29/4/2024).
Sorbonne merupakan salah satu universitas tertua di Prancis. Universitas itu menutup gedung-gedungnya selama unjuk rasa damai. Mahasiswa bersorak 'Bebaskan Palestina!' dan mendesak institusi tempat mereka belajar mengecam Israel.
Beberapa politisi Prancis, termasuk Mathilde Panot yang memimpin kelompok kiri LFI di parlemen di Majelis Nasional, mengajak para pendukungnya untuk bergabung dalam protes Sorbonne melalui media sosial.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke kantong pemukiman itu sudah menewaskan lebih dari 34.488 orang. Genosida Israel mengubah Gaza menjadi reruntuhan dan menciptakan krisis kemanusiaan yang mengarah pada kelaparan.
Sementara itu, perkembangan terbaru dalam unjuk rasa pro-Palestina di kampus-kampus AS, Rektor Columbia University mengatakan perundingan dengan demonstran mengalami kegagalan dan meminta mereka bubar dengan sukarela.
Sejak kepolisian New York membubarkan tenda protes dan menangkap lebih dari 100 pengunjuk rasa pro-Palestina pada 18 April pekan lalu, jumlah demonstran pro-Palestina yang ditangkap mencapai 900 orang lebih.