REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Kasus demam berdarah dengue (DBD) dilaporkan terbilang tinggi di dua kapanewon wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terhitung sejak Januari 2024 hingga awal Mei ini. Dua kapanewon itu adalah Pleret dan Imogiri.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul Agus Tri Widiyantara mengatakan, pada 2024 ini ada tren kenaikan kasus DBD dibandingkan tahun lalu. “Kemarin (2023), 130-an selama satu tahun. Tahun ini sudah 130-an selama empat bulan, jadi ada peningkatan,” kata Agus, Ahad (5/5/2024).
Berdasarkan data Dinkes, Agus mengatakan, dari 17 kapanewon di Kabupaten Bantul, ada dua kapanewon dengan kasus DBD terbilang tinggi, yaitu Pleret dengan 36 kasus dan Imogiri dengan 27 kasus. Menurut dia, kepadatan penduduk menjadi salah satu faktor yang dapat memudahkan penyebaran DBD, seperti di Kapanewon Pleret.
“Selain itu, kemungkinan karena tempat perindukan nyamuk yang cukup banyak, sehingga ini yang menyebabkan kasus-kasusnya cukup banyak di Kecamatan (Kapanewon) Pleret,” kata Agus.
Sejauh ini, Agus mengatakan, warga yang terjangkit DBD dapat ditangani di fasilitas kesehatan. Menurut dia, penyelidikan epidemiologi juga akan dilakukan di daerah dengan kasus DBD tinggi. Langkah tersebut dilakukan agar kasus DBD tidak terus bertambah.
“Untuk di satu wilayah yang ada kasus demam berdarah cukup banyak, ini akan kita lakukan penyelidikan epidemiologi. Kalau memang di sana menunjukkan bahwa tempat tersebut perlu dilakukan fogging (pengasapan), ya kita lakukan,” kata Agus.
Agus mengatakan, pengasapan hanya salah satu langkah dalam penanggulangan DBD. Ia tetap menekankan upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Warga diminta rutin membersihkan tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk pembawa virus dengue. Selain itu, warga diimbau selalu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).