REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim peneliti di Los Alamos National Laboratory menggunakan model komputer untuk mensimulasikan bagaimana perubahan iklim dapat memperluas jangkauan geografis habitat nyamuk, yang dapat menyebabkan peningkatan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of Climate Change and Health.
"Kami menemukan bahwa kesembilan spesies dalam model kami merespons perubahan iklim dengan baik, yang menunjukkan bahwa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk akan menjadi ancaman yang terus berlanjut seiring dengan memanasnya iklim," kata Morgan Gorris, ilmuwan di kelompok Sistem Informasi dan Pemodelan Los Alamos dan penulis utama studi ini.
"Memahami bagaimana populasi nyamuk tumbuh dan bergerak sebagai respons terhadap perubahan iklim sangat penting untuk menginformasikan perencanaan kesehatan masyarakat,” tambah dia seperti dilansir Phys, Ahad (12/5/2024).
Perubahan iklim di masa depan dapat memperluas, menyusutkan, atau menggeser rentang geografis spesies nyamuk. Sebagai contoh, suhu yang lebih panas dapat menyebabkan rentang wilayah meluas atau bergeser ke arah kutub, sementara daerah di sekitar khatulistiwa mungkin menjadi terlalu panas bagi nyamuk untuk hidup. Pergeseran ini dapat membuat komunitas baru terpapar penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Suhu permukaan bumi secara global telah meningkat sekitar 2 derajat Fahrenheit atau -16 derajat Celcius dari tingkat pra-industri (1850-1900). Pada akhir abad ke 21, suhu global diperkirakan akan meningkat hampir 5 derajat Celcius.
Dari sembilan spesies nyamuk yang dimodelkan oleh Gorris dan timnya, enam diproyeksikan akan memperluas jangkauan geografisnya, dua diproyeksikan bergeser jangkauan geografisnya, dan satu diproyeksikan akan tetap sama. Untuk beberapa spesies, area yang saat ini cocok untuk bertahan hidup diproyeksikan akan menjadi lebih cocok di masa depan, sehingga memperburuk masalah nyamuk.
Nyamuk adalah hewan paling mematikan di planet ini karena kemampuannya untuk menyebarkan berbagai penyakit, termasuk chikungunya, demam berdarah, virus West Nile, demam kuning, dan virus Zika, yang semuanya disebarkan oleh nyamuk-nyamuk yang ada di dalam penelitian ini.
"Mengetahui di mana nyamuk akan hidup di masa depan adalah penting untuk memahami siapa saja yang berisiko terkena penyakit-penyakit ini dan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi keamanan kesehatan," kata Gorris.