REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pengamat politik Israel Ori Goldberg mengatakan Israel menggunakan nasib rakyat Palestina di Rafah sebagai alat tawar-menawar dengan Amerika Serikat (AS). Ketika hubungan negara sekutu itu menegang akibat serangan Israel ke Rafah, Gaza.
"Saya pikir Israel tidak mengabaikan tekanan Amerika. Saya pikir Israel sedang mengambil sikap," kata Goldberg seperti dikutip dari Aljazirah, Jumat (10/5/2024). "Ini belum serangan darat. Ini adalah hal yang mengerikan untuk dikatakan, namun saat ini warga Palestina di Rafah adalah pion dalam permainan yang sebagian besar dimainkan antara Israel dan Amerika Serikat. Ini bukan dengan Hamas.
"Bila Netanyahu dapat mencapai kesepakatan, yang merupakan satu-satunya pencapaian yang dapat ia lakukan karena serangan ke Rafah tidak dianggap sebagai sebuah pencapaian, bahkan di Israel. Jika dia dapat mewujudkan kesepakatan, dia akan terlihat seperti perdana menteri yang sebagian besar pasti mendapatkan kuenya dan memakannya juga," kata Goldberg.
Ia mengatakan, sepanjang perang sudah terlihat bagaimana Israel menyerang, memusnahkan dan menghancurkan. Serangan-serangan yang terjadi di Rafah, meski menyedihkan untuk dikatakan, masih lebih merupakan taktik daripada sebuah rencana penyerangan. Israel tidak memiliki tujuan apapun di Rafah. “Rafah dan penduduknya kini menjadi pion dalam permainan yang dimainkan, seperti yang saya katakan sebelumnya, antara Israel dan Amerika Serikat,” katanya.