Senin 03 Jun 2024 08:26 WIB

Duta Damai Disebut Garda Depan Tingkatkan Daya Tangkal Terorisme di Kalangan Generasi Muda

Yang dilawan duta damai bukan teroris atau orangnya, tetap pahamnya.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) mengukuhkan anggota baru Duta Damai BNPT RI  Regional Sumatera Barat (Sumbar) di Padang, Jumat (41/5/2024).
Foto: BNPT
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) mengukuhkan anggota baru Duta Damai BNPT RI Regional Sumatera Barat (Sumbar) di Padang, Jumat (41/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) mengukuhkan anggota baru Duta Damai BNPT RI  Regional Sumatera Barat (Sumbar) di Padang, Jumat (41/5/2024). Keberadaan Duta Damai BNPT Regional Sumbar diharapkan dapat meningkatkan daya tangkal dan cegah dini penyebaran radikal terorisme di kalangan generasi muda, khususnya di Sumbar, dan umumnya di seluruh Indonesia.

"Tugas adik-adik Duta Damai Regional Sumbar sangat berat tapi mulia. Makanya harus disertai niat dan kemauan keras. Anda adalah pilar terdepan dalam rangka memberikan publick awareness, public resilience, cegah, dini, tentunya dengan kemampuan para duta damai dibidang teknologi, komunikasi visual, dan penulisan," ujar Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT RI Mayjen TNI Roedy Widodo saat pengukuhan Regenerasi dan Pelatihan Duta Damai BNPT Regional Sumbar di Hotel Truntum, Padang.

Ia berharap, setelah pelatihan dan dikukuhkan, Duta Damai BNPT Regional Sumbar akan menjadi agen perubahan dalam menyebarkan konten dan perilaku cinta damai, toleran. Dan itu harus terus dikembangkan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis.

"Saya berharap Duta Damai BNPT Regional Sumbar dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat untuk menyebarkan perdamaian dalam rangka merawat keutuhan NKRI. Tentunya adik-adik harus bisa berkolaborasi dengan stakeholder di Sumbar seperti Kesbangpol, FKPT, Polda Sumbar, Korem, Binda, Din Pendidikan, dan lain-lain," ucapnya.

Mayjen Roedy Widodo penanggulangan terorisme bukan hanya tugas BNPT, Polri, TN, dan Kementerian/Lembaga terkait. Karena itu, BNPT menjalankan strategi penanggulangan terorisme dengan program pentahelix. Pertama adalah pemerintah melalui Kementerian/Lembaga, serta Pemprov, dan Pemda. Kedua masyarakat, kemudian kolaborasi dengan media, untuk memviralkan dan mengekspos kegiatan pencegahan agar masyarakat tahu bahwa BNPT telah melakukan berbagai program pencegahan. Selanjutnya adalah pengusaha, dan keenam akademi mulai dari perguruan tinggi sampai level pendidikan dasar.

Ia juga mengungkapkan bahwa di Sumbar ada 36 mantan narapidana terorisme. Ia berharap mereka sudah berkategori hijau dan tidak kembali menyebarkan ideologi kekerasannhya. Ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi Duta Damai BNPT Regional Sumbar, untuk berperan menjaga generasi muda dan masyarakat.

"Adik-adik Duta Damai harus ikut aktif bagaimana mengakselerasi agar Sumbar aman damai nyaman. Juga menjadi agent of change atau agen perubahan dalam memobilisasi diri dan anak bangsa rangka melakukan kontra intoleransi, kontra radikalisasi, dan kontra terorisme," ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa yang dilawan duta damai bukan teroris atau orangnya, tetap pahamnya. Dan tugas pokok BNPT adalah menetralisir paham kelompok tersebut sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 yaitu pencegahan meliputi kesiapsiagaan nasional, kontra propaganda, dan deradikalisasi.

Deputi 1 mengungkapkan, dari hasil beberapa peniltian, salah satunya penelitian BNPT, indeks potensi radikalisme menunjukkan indeks toleran di kalangan masyarakat terus naik. Tadinya 6,16, sekarang menjadi 70,2 persen. Fakta lainnya, tahun 2023, Indonesia mencatat zero attack terrorism. 

"Ini hasil kerja dari seluruh komponen. Terima kasih kepolisian dalam hal ini Densus 88 telah melakukan penangkapan yang optimal. Dengan UU Nomor 5 2018 itu, orang baru berpikir melakukan aksi terorisme saja sudah ditangkap.

"Ini berkat pendektan komprehensif UU kita, sekarang preemptif straight mampu menggagalkan beberapa rencana aksi terorisme," katanya.

Namun, lanjut Roedy, dengan adanya penangkatan secara masif, ternyata mereka tidak mengeksplor seluruh tindakan ke permukaan. ternyata di bawah permukaan sangat kuat. Kondisi ini  bagaikan fenomena gunung es. bahwa di permukaan kecil, tapi di bawah permukaan menggelembungkan. Itu menjadi bukti pola pendekatan pelaku teror sudah berubah dari menggunakan peluru ke ballot atau kotak suara/politik. "Tugas adik-adik ini menangkal, mengkonter, mengidentifikasi semua itu dengan keahlian masing-masing," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement