REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo mengajak publik turut berpartisipasi demi jalannya haji yang lancar dan aman lewat aplikasi “Kawal Haji” yang dapat diakses dari jauh untuk memantau jamaah haji.
“Aplikasi ini dibuat terbuka sehingga semua orang, baik jamaah, petugas, keluarga, publik bisa memantau penyelenggaraan haji, sekaligus kami ingin mengajak partisipasi dari publik, kalau masuk menggunakan Google bisa ikut menyampaikan pelaporan, komentar, dan penyelesaian,” katanya dalam temu media terkait aplikasi Kawal Haji di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan, publik bisa mengunduh aplikasi di Play Store (versi Android, versi iOS sedang dikembangkan) dan masuk sebagai tamu untuk melihat laporan apa saja yang masuk dalam aplikasi Kawal Haji, sedangkan para jamaah haji dapat mengakses aplikasi dengan memasukkan e-mail dan nomor paspor, serta mengaktifkan lokasi agar petugas bisa lebih cepat memberikan solusi dan penanganan.
Wibowo juga menjelaskan, aplikasi Kawal Haji hadir dengan dua fitur utama. Pertama, yakni pelaporan jamaah haji, khususnya terkait layanan konsumsi, akomodasi, transportasi, termasuk jika ada jamaah haji yang terpisah dari rombongan, atau lupa arah pulang ke penginapan.
Fitur kedua, yakni deteksi lokasi dan pergerakan jamaah haji untuk memudahkan proses pencarian jika ada jamaah haji yang tersesat.
“Kawal Haji hadir untuk menjadi kanal penghubung antarjamaah haji, petugas, keluarga, dan publik, serta pemangku kepentingan lainnya. Jamaah haji dapat melapor, saling bantu, berbagi info dan mengapresiasi,” katanya.
Aplikasi tersebut, lanjut Wibowo, semakin meneguhkan komitmen Kemenag dan menyempurnakan skema pelindungan jamaah haji di Tanah Suci.
“Aplikasi Kawal Haji ini semakin memperkaya alternatif bagi jemaah saat akan menyampaikan beragam persoalan yang dialami, atau menjadi saluran apresiasi saat jamaah haji ingin menyampaikan hal itu kepada petugas,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, jamaah lanjut usia (lansia) akan didampingi untuk menggunakan aplikasi Kawal Haji, mengingat tidak semua jamaah haji lansia bisa memanfaatkan gawai dengan maksimal.
“Sudah diluncurkan, dirilis, dibuat, pasti akan terus dipakai. Aplikasi ini perlu disosialisasikan dan dibudayakan, karena budaya digital satu orang dengan lainnya kan tidak sama, banyak jamaah haji kita yang tidak menggunakan aplikasi ini, tetapi pendampingnya bisa. Jamaah lansia itu kan sekarang didampingi, mungkin bisa digunakan juga oleh pendamping dalam melaporkan masalah yang terkait jamaah itu sendiri,” katanya.