Senin 06 Mar 2017 07:00 WIB

Mengungkap Tabir Ambisi Sukarno Membangun Istiqlal

Red: Karta Raharja Ucu
Masjid Istiqlal, Jakarta.
Foto: IST
Masjid Istiqlal, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Istiqlal, masjid yang menurut saya paling monumental dan terbesar di Asia Tenggara. Istiqlal berarti ‘Merdeka’, melambangkan kemerdekaan dan kejayaan bangsa Indonesia setelah berhasil membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Presiden Sukarno sengaja memilih membangun masjid ini di atas puing-puing bekas benteng Belanda yang luasnya 9,9 hektare.

Benteng Belanda atau Citadel terletak di Wilhelmina Park. Dahulu di tengah Istiqlal terdapat Monumen Michiels, untuk menghormati Mayor Jenderal Andreas Victor Michiels, komandan militer Belanda di Sumatra Barat. Dia meninggal karena menderita luka parah oleh para pejuang kemerdekaan saat memimpin ekspedisi menghadapi pemberontakan di Bali (23 1848). Tapi lambang kolonial ini diruntuhkan setelah kemerdekaan. Sedangkan nama Wilhelmina Park diganti menjadi Taman Wijayakusuma, Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat.

Pembangunan masjid yang dicetuskan Menteri Agama KH Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) dan H Anwar Tjokroaminoto (putra HOS Tjokroaminoto) bersama tokoh Islam lainnya pada 1950 itu memerlukan waktu sangat panjang. Bahkan, hanya untuk menghancurkan kokohnya tembok benteng tersebut, Korps Zeni AD memerlukan waktu 1,5 tahun. Padahal penghancuran sudah menggunakan dinamit.