Oleh: Neni Ridarineni
Pendidikan karakter dalam kepanduan Hizbul Wathan seperti keberanian, kesetiaan, membela kebenaran, kejujuran, dan kedisplinan mewarnai dalam kehidupan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Karena di masa remajanya, Soedirman aktif di Hizbul Wathan Cilacap.
"Ibu saya, Siti Alfiah, dulu waktu remaja juga aktif di Hizbul Wathan karena eyang Sastroatmodjo (orang tua dari ibu) sebagai pengurus Muhammadiyah," kata M Teguh Soedirman (70 tahun) kepada Republika.co.id, di kediamannya yang merupakan rumah keluarga besar Panglima Jenderal Soedirman, Yogyakarta, Sabtu (12/1).
Ketika masih seusia SMP, Soedirman sudah dipercaya menjadi pimpinan Hizbul Wathan dan waktu itu anggota Hizbul Wathan (HW) belum ada yang tua.
"Di masa pemudanya, Soedirman juga aktif di Pemuda Muhammadiyah dan diangkat sebagai pimpinan HW di Cilacap, sehingga sering datang dan melakukan pertemuan di rumah eyang Sastroatmodjo dengan berkedok koordinasi internal Muhammadiyah," ungkap putra bungsu Jenderal Soedirman ini.
Sastro Atmojo memiliki seorang putri bernama Siti Alfiah. semua orang ingin menjadi menantu Sastroatmodjo, termasuk Soedirman. Karena Soedirman merupakan orang yang disegani teman-temannya maka teman-teman Soedirman mundur. Kebetulan Ibu Siti Alfiah sayang dengan Soedirman.
"Ibu Sastroatmodjo mengatakan kepada Siti Alfiah bahwa ia tidak ingin memiliki menantu yang kaya, tetapi yang memiliki akhlakul karimah karena kalau kekayaan bisa dicari, sedangkan akhlak yang baik itu sulit dicari," ujar Teguh.
Kebetulan Siti Alfiah ketika remaja juga sudah sering bertemu dengan Soedirman saat kegiatan di pendidikan Wiworotomo (setara SMP) di Cilacap dan sama-sama aktif di kegiatan kepemudaan Muhammadiyah. Akhirnya, menikahlah Siti Alfian dan Soedirman yang dikaruniai tujuh anak.
Ketika Siti Alfiah hamil anak sulungnya, ia dan Soedirman diundang sebagai utusan Muhammadiyah dari wilayah Banyumas untuk mengikuti Kongres Muhammadiyah di Gunung Tidar, Magelang. Waktu itu Soedirman selain aktif di Pemuda Muhammadiyah juga sudah menjadi guru di sekolah Muhammadiyah. Karena terkesan dengan kegiatan di sana maka anak pertamanya diberi nama Ahmad Tidarwono.