Jumat 14 Jun 2024 18:54 WIB

Awas, Belanja Kosmetik E-commerce Cina Bisa Mengandung Zat Berbahaya

Korsel temukan kosmetik Cina mengandung tar, timbal, hingga krom penyebab kanker.

Kosmetik (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Kosmetik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Waduh, ternyata meski belanja dari luar negeri tidak semua kosmetik aman. Badan Konsumen Korea Selatan (KCA) menemukan beberapa kosmetik dan mainan air anak-anak yang dijual di dua platform e-commerce asal China dan satu asal Singapura mengandung zat berbahaya jauh melebihi tingkat keamanan yang diizinkan.

Temuan yang disampaikan melalui sebuah pernyataan, Jumat (14/6/2024), itu berdasarkan pemeriksaan terhadap 88 produk yang dijual oleh e-commerce China yakni Temu dari PDD Holdings dan AliExpress dari Alibaba Group, serta Qoo10 yang berbasis di Singapura.

Baca Juga

Dari 88 produk yang diperiksa, sebanyak 27 produk atau 31 persen gagal memenuhi persyaratan standar keselamatan negeri ginseng tersebut. Tujuh dari 40 produk kosmetik mengandung zat berbahaya, seperti tar, timbal, dan krom penyebab kanker. Sedangkan 11 dari 28 mainan air untuk anak-anak mengandung zat beracun seperti bahan pemlastis ftalat, logam berat, dan bahan pengawet.

Secara lebih rinci, bahan pemlastis ftalat 295 kali lebih tinggi dari kadar yang diizinkan dan kadmium 3,2 kali lebih tinggi dari kadar standar ditemukan pada cincin karet yang dijual oleh Temu. Pemlastis berbahan dasar ftalat berisiko menyebabkan kemandulan serta mengiritasi mata dan kulit.

Sementara, timbal 65 kali lebih tinggi dari kadar yang diizinkan ditemukan pada palet eye shadow 40 warna yang dijual oleh AliExpress. Tak hanya itu, sembilan dari 10 helm sepeda otomatis yang dijual oleh AliExpress dan Qoo10 tidak memenuhi standar penyerapan guncangan di negara tersebut.

Menanggapi temuan tersebut, AliExpress dan Temu telah berhenti menjual produk yang mengandung zat beracun berdasarkan perjanjian sukarela dengan Fair Trade Commission (FTC). Qoo10 juga menghentikan penjualan produk berbahaya atas rekomendasi KCA.

Bulan lalu, FTC menandatangani perjanjian dengan AliExpress dan Temu untuk mencegah mereka menjual produk berbahaya dan melindungi pelanggan dengan lebih baik. Berdasarkan perjanjian sukarela, kedua perusahaan e-commerce akan melakukan pemeriksaan keamanan pada produk mereka berdasarkan data dan hasil pemantauan yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dan entitas lainnya, serta menghentikan distribusi dan penjualan barang berbahaya.

Jumlah pengguna AliExpress di Korea Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 8,87 juta pada bulan April dari 3,36 juta pada tahun 2022. Begitu juga dengan pengguna Temu di Korea Selatan juga melonjak menjadi 8,29 juta, menurut data pemerintah, dilansir dari Yonhap.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement