REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah cara untuk mengetahui apabila demam yang diderita anak adalah karena demam berdarah. Dokter spesialis anak dr Hapsari mengatakan, salah satunya menggunakan konsep KLMNOPR yang mencakup gejala-gejala demam berdarah.
Hapsari menyebutkan demam merupakan sebuah respons tubuh terhadap serangan infeksi dan non-infeksi. Pada demam berdarah terdapat sejumlah gejala yang perlu diwaspadai, yang disingkat sebagai KLMNOPR.
"K, kepalanya pusing. L-nya lemah, M-nya muntah-muntah," katanya, Rabu (19/6/2024).
Selain itu, ujarnya, NO untuk nyeri otot atau nyeri kepala. P untuk perdarahan, katanya, seperti mimisan atau bintik-bintik, dan R untuk ruam.
Dia menyebutkan, ruam pada demam berdarah terkadang menyerupai rubella, di mana terdapat ruam merah di badan ataupun muka. Apabila terdapat dua hingga tiga gejala yang muncul bersamaan, katanya, perlu diwaspadai, dan untuk memastikannya perlu segera dilakukan pengecekan laboratorium 3x24 jam waktu demam.
"Jadi kalau untuk DB, itu kan kalau di tiga hari pertama demam, itu belum ada perubahan laboratoriumnya. Hemoglobin masih normal, leukosit, trombosit. Begitu masuk, selesai demam, itu ada namanya fase rawan, fase kritis," dia menjelaskan.
Dalam fase kritis tersebut, trombosit turun, kemudian terjadi perembesan plasma, di mana kadar hemoglobin dan hematokrit naik.
Berbeda dengan demam akibat bakteri, seperti tipus atau infeksi saluran kemih, Hapsari menyebut pada demam berdarah, suhu dapat naik turun bahkan sebelum empat jam berselang. Apabila itu terjadi perlu diwaspadai.
Dia mengingatkan, deteksi dini untuk demam berdarah penting agar bisa segera mendapatkan penanganan. Namun, bila diagnosisnya terlambat terapi juga telat, maka keadaan bisa semakin memburuk bahkan bisa berakibat kematian.
Dokter Hapsari menyebutkan pada Januari-Maret 2024 terdapat peningkatan kasus DB sebesar setengah kalinya tahun 2023. Angka kematian mencapai hampir setengah lebih dari angka tahun lalu.