Menteri Pertahanan Israel telah mendesak Netanyahu untuk membuat perencanaan lanjutan terkait pemerintahan di Gaza pascaperang. Pada Mei, Gallant bahkan telah memberikan peringatan bahwa kegagalan mencari pemerintahan alternatif menggantikan Hamas akan membuat capaian militer Israel sia-sia, karena menurutnya, Hamas akan kembali berkonsolidasi dan bisa kembali menguasai Gaza.
Televisi Israel melaporkan bahwa Kepala IDF Herzi Palevi dan Kepala Shin Bet Ronen Bar belakangan juga berselisih dengan Netanyahu mengenai rencana dan strategi perang di Gaza. Sementara, pemimpin Partai Kesatuan Nasional Benny Gantz telah mundur dari kabinet perang setelah Netanyahu menolak untuk memberikan perencanaan pascaperang sesuai dengan tenggat yang diberikannya.
Tanda-tanda friksi antara kalangan militer dan Netanyahu semakin terlihat belakangan ini. Termasuk soal 'taktik jeda' perang IDF yang dikritik oleh Netanyahu, di mana IDF menegaskan taktik itu justru sejalan dengan instruksi Netanyahu yang ingin meningkatkan jumlah bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
"Dalam rangka mencapai tujuan (perang) menghancurkan kemampuan Hamas. Saya harus membuat keputusan yang tidak akan selalu bisa diterima oleh pejabat militer," kata Netanyahu di sela rapat kabinet pada Ahad lalu.
Netanyahu bahkan menegaskan, bahwa Israel bukan negara militer, tapi negara yang memiliki kemampuan militer. Putra tertua Netanyahu, Yair, beberapa hari terakhir juga menyalahkan pejabat militer Israel terkait serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang dinilainya tidak pernah mau menyatakan bertanggung jawab atas kegagalan mengantisipasi serangan itu.