Kamis 27 Jun 2024 09:17 WIB

Dzikir Utama yang 'Nikmat' Dibaca Hingga Ribuan Kali dan Keajaiban Karamah Kekasih Allah

Dzikir menjadi wasilah menggapai ketenangan batin.

Ilustrasi dzikir.
Foto: Thoudy Badai/Republika
Ilustrasi dzikir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim dianjurkan untuk membiasakan dirinya berdzikir dalam berbagai keadaan, baik ketika bahagia maupun sedih. Dzikir akan membawa ketenangan hati dan kearifan dalam bertutur kata dan berprilaku.

Nabi Muhammad bersabda bahwa sebaik-baiknya dzikir adalah mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Artinya tiada Tuhan selain Allah.

Baca Juga

Syaikhul Islam Imam Fakhruddin ar-Razi dalam ‘Ajaaibul Quraan menjelaskan bahwa frasa dzikir tersebut lebih tinggi derajatnya dari istighfar. Ketika mengucapkan dan menghayati ungkapan tahlil tersebut, maka hati akan mengingat peristiwa roh manusia dahulu ketika dilantik oleh Allah untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Laa ilaaha illa Allah adalah ungkapan sederhana, tapi maknanya sungguh luar biasa. Orang awam memahami ungkapan ini sekadar tiada Tuhan selain Allah. Sedangkan orang khusus (al-khash/ahli ibadah/shahibul ma’rifah) memahaminya lebih mendalam lagi bahwa tiada wujud hakiki di alam ini kecuali Allah atau laa wujuuda illa Allah.

Pengasuh Ma’had Darul Musthafa di Tarim Yaman, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, sangat menganjurkan setiap Muslim untuk memperbanyak berdzikir dengan ungkapan laa ilaaha illa Allah. Seberapa banyak? Jawabannya adalah sebanyak mungkin.

Dalam sebuah pidatonya, dia menceritakan bahwa leluhurnya al-Faqih al-Muqaddam (ahli fikih lahir dan batin yang diutamakan) atau disebut al-ustadz al a’zham (guru besar), Muhammad bin Ali Ba’alawi (1178-1256 M), sangat membiasakan diri berdzikir dengan kalimat tahlil tersebut. Bahkan dalam sehari, al-Faqih al-Muqaddam berdzikir dengan kalimat tahlil tersebut hingga seratus ribu kali.

Saking seringnya berdzikir dengan kalimat tersebut, alam beserta makhluk lain di dalamnya menyegani al-Faqih al-Muqaddam.

Pernah suatu ketika, anaknya Alwi al-Ghuyur secara diam-diam mengkuti kemana sang ayah pergi. Ketika itu al-Imam al-Faqih al-Muqaddam berjalan menuju arah pesisir. Alwi mengikutinya dan ketika sampai di bibir pantai, Alwi bersembunyi di sebuah tempat.

Muhammad bin Ali ketika itu berdiri menghadap ke pantai, seperti menyambut debur ombak yang mencoba menjilatinya. Kemudian dia berdzikir mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Dan setelah itu, segala makhluk yang ada di sana ikut mengucapkan laa ilaaha illa Allah.

Peristiwa itu menggetarkan hati Alwi al-Ghuyur. Dia tak menyangka dzikir laa ilaaha illa Allah dapat menggerakkan seisi alam untuk berdzikir yang sama.

Kisah ini masyhur di kalangan Alawiyyun. Kerap disampaikan dalam momentum zawiyah dan majelis ilmu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement