Ahad 30 Jun 2024 04:40 WIB

Kebangkitan Manusia Setelah Kiamat Hanya Bisa Dijawab Agama, Bukan Filsafat   

Roh merupakan misteri, hanya Allah yang mengetahuinya.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Skenario Kehidupan (ilustrasi)
Foto:

Dialektika Kebangkitan Manusia Era Sebelum Islam

Dialektika kebangkitan manusia dari alam kubur sejatinya sudah ada sejak sebelum Islam. Ini terindikasi dari penjelasan ayat Alquran tentang beberapa hal berikut.

Pertama, kisah seorang Nabi ketika melewati negeri yang telah porak poranda. Diriwayatkan namanya ‘Uzair atau Hizqial, atau seorang dari Bani Israil, atau mungkin lainnya. Alquran tidak begitu mementingkan untuk menyebut nama, karena yang terpenting adalah pelajaran yang dipetik dari kisahnya. Begitu juga dengan nama negeri yang telah porak poranda. Sebagian riwayat menyebutnya Baitul Maqdis yang telah dihancurkan oleh Nebukadnezar (Bukh- tunashshar al-Babili).

Dikisahkan, ketika melewati negeri yang porak-poranda itu, Nabi itu bertanya, “Bagaimana Allah bisa membangkitkan kembali penduduk negeri yang telah mati ini?” Allah pun mematikan dia bersama keledainya. Selang seratus tahun kemudian, Allah membangkitkan dia bersama keladainya. Maka menjadi jelaslah persoalan (kebangkitan) baginya, hingga dia memercayainya, sebab Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah Ayat 259)

Kedua, pertanyaan Nabi Ibrahim tentang cara Allah membangkitkan orang yang telah wafat. Meski yakin akan adanya Hari Kebangkitan, Nabi Ibrahim tetap ingin mengetahui secara lebih detail proses kebangkitan agar hatinya lebih tenteram.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ࣖ

(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah Ayat 260)

Dua kisah tersebut menggambarkan betapa persoalan kebangkitan manusia di Hari Akhir masih memunculkan pertanyaan, meski bagi seorang Nabi sekalipun. Tentu bukan karena mereka tidak percaya, melainkan karena keingintahuan mereka mengenai detail prosesnya. 

Kedua Nabi tersebut sudah percaya dalam tataran ‘ilmul yaqin, tapi belum pada tataran ‘ainul yaqin. Hal ini bisa dianalogikan dengan keyakinan akan eksistensi Kabah. Semua umat Islam pasti meyakini eksistensinya, meski belum tentu mereka pernah melihatnya. Keyakinan akan eksistensi Kabah tentu akan bertambah kadarnya bila dibarengi dengan melihat wujud aslinya dengan mata kepala sendiri. Begitupun dengan ‘Uzair dan Ibrahim; keduanya bertanya untuk meneguhkan iman mereka, dan meminjam alasan Ibrahim, untuk menenangkan hatinya.

Jika kedua Nabi saja masih penasaran maka wajarlah jika persoalan kebangkitan banyak dipertanyakan oleh kaum Quraisy. Untuk itu, Alquran menjelaskan

bahwa keberadaannya merupakan keniscayaan. Menjelaskan tentang ini, Alquran mengemukakan dua hal. Pertama, melalui analogi berpikir yang sehat. Kedua, melalui analogi fenomena yang ada di alam semesta.

Demikian penjelasan Tafsir Ilmi: Kiamat Dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2011.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement