REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kiper Singapura Hassan Sunny menarik perhatian publik pekan ini. Pada Selasa, 2 Juli 2024, Hassan mendonasikan 10 ribu dolar Singapura dari uang yang ia terima dari penggemar sepak bola Tiongkok ke Muhammadiyah Welfare Home.
Ia menyerahkan uang tersebut beberapa pekan setelah menjadi pahlawan sepak bola karena membantu menjaga harapan timnas Tiongkok di Piala Dunia tetap hidup.
Hassan menjadi selebriti di Tiongkok setelah aksi heroiknya di kualifikasi Piala Dunia Singapura-Thailand, dan membantu Tiongkok melaju ke babak final kualifikasi Asia.
Penggemar asal Tiongkok yang bersyukur memadati Dapur Hassan, kedai makan keluarganya di Tampines, dan mentransfer uang ke akun Alipay di kedai tersebut, setelah netizen menyebarkan foto kode QR pembayarannya secara online.
Hassan mengatakan kepada wartawan bahwa dia membuat keputusan untuk menyumbangkan uang tersebut tidak lama setelah pertandingan kualifikasi.
“Saat itulah saya kembali ke Singapura setelah pertandingan Thailand-Singapura di Bangkok,” ujarnya.
"Saya sedih dengan keluarga saya ketika saya menyadari, sebenarnya, ini bukan uang saya. Ini adalah sumbangan dan saya pikir apa yang bisa saya lakukan dengan ini adalah memberikan kembali kepada masyarakat."
Pesepakbola Lions itu enggan membeberkan berapa total penerimaannya. Uang tersebut akan ditambahkan ke penggalangan dana yang diselenggarakan Muhammadiay Welfar Home sebagai bagian dari pesta amal pada akhir Agustus.
Berikut sosok Hassan
Hassan bin Abdullah Sunny (lahir 2 April 1984) atau lebih dikenal dengan nama Hassan Sunny merupakan penjaga gawang asal Singapura bermain di Liga Utama Singapura untuk klub Lion City Sailors FC sebagai kapten dan penjaga gawang di Timnas Singapura.
Meski sudah berusia empat puluh tahun, Hassan Sunny seperti dikutip laman FIFA tidak memiliki rencana untuk pensiun dalam waktu dekat.
Tumbuh dikelilingi oleh anggota keluarga yang bekerja di bidang restoran, bintang sepak bola Singapura ini mengambil langkah pertamanya ke dunia kuliner dengan membuka toko nasi padang di kampung halamannya.
Hidangan tersebut, yang terdiri dari nasi kukus dan berbagai lauk kecil, merupakan makanan pokok di Singapura.
Namun jika bukan karena serangkaian peristiwa yang hampir tidak masuk akal di masa kecilnya, Hassan bisa saja menghabiskan 20 tahun lebih di restorannya daripada di lapangan sepak bola.