Selasa 09 Jul 2024 08:33 WIB

BI Perkuat Pertumbuhan Ekonomi Syariah di Timur Indonesia

Inovasi keuangan syariah masih terbatas pada basis investor yang belum kuat.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Bank Indonesia (BI) memperkuat pertumbuhan ekonomi syariah di Kawasan Timur Indonesia, (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia (BI) memperkuat pertumbuhan ekonomi syariah di Kawasan Timur Indonesia, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkuat pertumbuhan ekonomi syariah di Kawasan Timur Indonesia (KTI) melalui Festival Ekonomi Syariah (FESyar KTI) 2024. Program tersebut berfokus menyasar pada peningkatan pembiayaan syariah dan pembentukan ekosistem halal di Indonesia bagian timur.  

Program yang dilakukan BI melalui 19 kantor perwakilan di KTI itu terwujud melalui penyaluran pembiayaan syariah sebesar Rp171 miliar bagi UMKM Halal di KTI. Dan upaya mendorong pertumbuhan industri halal, di antaranya Gerakan UMKM Halal dengan 1.375 UMKM telah disertifikasi halal dan 28 kali pelaksanaan Gerakan Sadar Wakaf termasuk sertifikasi 40 nazhir.

Baca Juga

Puncak FESyar KTI berlangsung 7-10 Juli 2024 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). FESyar ini merupakan kegiatan pendahulu menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024.

Pada pembukaan FESyar KTI, Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menyampaikan adanya empat tantangan dalam pengembangan eksyar. Mulai dari persoalan bahan baku halal hingga rendahnya literasi produk. 

"Pertama, masih tingginya ketergantungan bahan baku halal dari luar negeri seperti bahan pangan yang belum bersertifikasi halal," kata Juda, dikutip melalui siaran pers, Selasa (9/7/2024). 

Kedua, inovasi keuangan syariah masih terbatas pada basis investor yang belum kuat. Ketiga, potensi pasar yang besar dari dalam negeri belum tergarap dengan baik di tengah potensi Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia. 

"Keempat, masih rendahnya tingkat literasi produk dan ekonomi syariah yang baru mencapai 28 persen. Ke depan di tahun 2025, BI berupaya untuk meningkatkan literasi hingga 50 persen," tuturnya. 

Juda melanjutkan, guna menjawab tantangan pengembangan eksyar, BI memiliki enam fokus. Yaitu pengembangan ekosistem makanan halal melalui akselerasi sertifikasi halal, pengembangan modest fashion dengan mendorong desainer dan pengusaha, dan pengembangan ekonomi pesantren. Lalu pengembangan keuangan syariah melalui kebijakan dan instrumen pasar keuangan, pengembangan digitalisasi eksyar salah satunya melalui aplikasi Satu Wakaf Indonesia, serta penguatan literasi dan edukasi eksyar.  

"Kehadiran FESyar ini bukan hanya sebagai ajang refleksi dan diskusi, tetapi juga sebagai platform sinergi, kolaborasi, aksi konkret pengembangan eksyar di KTI," ujar dia. 

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Sultra, Asrun Lio, memandang perlunya memberdayakan potensi ekonomi syariah untuk peluang baru meningkatkan kesejahteraan. Menurutnya, prinsip berkeadilan dan berkelanjutan menjadi solusi efektif bagi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.  

"Hal ini perlu sejalan dengan prinsip bagi hasil, tolong menolong, dan keadilan sosial. Keberadaan sebanyak 124 pesantren di Sultra menjadi salah satu modal yang berharga untuk eksyar," kata dia. 

Lebih lanjut, Asrun mengatakan, penerapan eksyar di Sultra haruslah mencerminkan nilai keadilan, inklusivitas, universalitas, kesejahteraan, pemerataan dan keberlangsungan lingkungan. Pemerintah berharap FESyar menjadi momentum untuk kebangkitan ekonomi syariah di KTI, untuk masyakat yang adil, makmur, dan berkelanjutan.

Sebagai informasi, BI memiliki empat program unggulan yang dikhususkan bagi pengembangan Eksyar KTI. Yaitu Gerakan Sadar Wakaf KTI, Gerakan Halal UMKM KTI, Inisiasi Ekosistem Halal dan akselerasi literasi eksyar se-KTI. 

Program tersebut berpusat pada gelaran Sharia Fair (8–10 Juli) di Kendari. Kegiatan menghadirkan sejumlah UMKM dan modest fashion karya desainer lokal KTI, lengkap dengan berbagai forum ekonomi syariah untuk mendorong peran produktif ZISWAF, serta peresmian Zona Kuliner Aman Halal dan Sehat (Zona KHAS) di Masjid Al-Alam Sulawesi Tenggara sebagai wilayah percontohan penerapan standar halal dan higienis di Sultra. 

BI menargetkan hingga akhir 2024, di KTI tercapai business matching senilai Rp 176 miliar, Gerakan Halal untuk 1.000 UMKM dan 28 Gerakan Sadar Wakaf di Kawasan Timur Indonesia. Adapun hingga saat ini yang telah melebihi target adalah Gerakan Halal UMKM dan Sadar Wakaf. Program tersebut bermanfaat bagi peran keuangan sosial syariah pada pembangunan ekonomi yang inklusif. 

Capaian FESyar KTI 2024 ini menjadi wujud BI terus bersinergi dengan mitra strategis termasuk Perbankan, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) serta pihak lainnya dalam upaya akselerasi pengembangan Ekosistem Halal, Pembiayaan Syariah serta Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah di Kawasan Timur Indonesia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement