Rabu 10 Jul 2024 06:43 WIB

Kisah Samson dalam Islam

Samson adalah Syam'un al-Ghazi, seorang nabi Allah pada masa Bani Israil.

Nabi Syamun atau Samson.
Foto: dok,
Nabi Syamun atau Samson.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khazanah sejarah Islam mengenal sosok Syam'un al-Ghozi atau yang biasa disebut Samson oleh para penulis di era modern. Lelaki tersebut merupakan seorang nabi Allah. Salah satu mukjizat yang Allah karuniakan kepadanya adalah kemampuan melunakkan besi dan merobohkan istana.

Sebagaimana cerita Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis, Nabi Syam'un pernah merobohkan pilar-pilar istana yang kokoh dengan hanya kedua tangannya. Dengan senjata berupa tulang rahang hewan, ia banyak menewaskan musuh-musuh Allah. Selanjutnya, nabiyullah ini bernazar untuk beribadah selama seribu bulan hingga ajalnya tiba.

Baca Juga

Saat Rasulullah SAW menceritakan kisah Nabi Syam'un kepada para sahabatnya, turunlah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu, yakni surah al-Qadr ayat 1-5. Dalam kalam-Nya itu, Allah menjelaskan tentang keutamaan malam kemuliaan yang hanya bisa didapatkan pada bulan Ramadhan. Pahala bagi Muslim yang beribadah pada malam itu lebih baik daripada ibadah yang dilakukan Nabi Syam'un seribu bulan.

Dikisahkan dalah Qishashul Anbiyya, pada suatu malam Ramadhan, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Tiba-tiba, Nabi SAW tersenyum sendiri.

“Wahai Rasulullah, mengapa engkau tersenyum sendiri?” tanya seorang dari mereka.

Rasulullah SAW menjawab, “Telah diperlihatkan kepadaku bahwa pada hari kiamat, ketika seluruh manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar, ada seorang nabi yang membawa pedang, dan tidak mempunyai umat atau pengikut satu pun. Ia adalah Syam’un al-Ghazi.”

Nabi Syam’un al-Ghazi berasal dari kalangan Bani Israil yang kemudian diutus oleh Allah di tanah Romawi. Ia memiliki rambut yang sangat panjang. Bilamana ia berdiri, rambutnya sampai menyentuh tanah.

Nabi Syam’un al-Ghazi selalu menyampaikan risalah dari Allah SWT. Kepada umatnya, ia selalu mengingatkan bahwa “Laa ilaaha illa Allah”, tiada yang berhak disembah selain Allah. Sementara itu, pengaruh kebudayaan pagan Romawi menyebabkan banyak orang menyembah berhala.

Allah mengaruniakan nabi-Nya ini mukjizat seperti Nabi Daud, yakni mampu melunakkan besi. Ia juga dimampukan untuk merobohkan bangunan tinggi. Namun, tidak ada orang yang menjadi pengikutnya, termasuk dari kalangan Bani Israil. Sebab, pada waktu itu orang-orang hanya mau mengikuti sosok yang kaya raya, bukan kuat perkasa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement