REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyah gugur dibunuh oleh Israel. Media Iran melaporkan bahwa pemimpin Hamas itu terbunuh oleh 'proyektil berpemandu udara' yang menghantam kediaman tempat ia menginap di utara ibu kota, Teheran.
Menurut laporan, serangan itu terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat (22:30 GMT pada hari Selasa) di kediaman khusus veteran militer di utara kota. Terbunuhnya Ismail Haniyah memicu tanda tanya, mengapa Iran tidak bisa menjaga tamu yang juga pejuang Palestina?
BACA JUGA: Pemerintah Hapus Sunat Perempuan, Ini Bunyi Fatwa MUI Soal Pelarangan Khitan Perempuan
Abas Aslani, seorang peneliti di Pusat Studi Strategis Timur Tengah di Teheran, berbicara kepada Aljazirah tentang implikasi keamanan bagi Iran setelah pembunuhan kepala politik Hamas, Haniyeh, di ibu kotanya.
"Apa yang terjadi di Teheran merupakan hal buruk bagi aparat keamanan Iran... dan itulah sebabnya Iran entah bagaimana merasa harus menanggapi ini," kata Aslani kepada Aljazirah.
"Ini bukan berita baik bagi aparat keamanan di Teheran," kata Aslani.
"Itulah sebabnya saya pikir pembalasan atau tanggapan dari pihak Iran mungkin tak terelakkan... Namun saya belum yakin tentang kualitas [tanggapan apa pun dari Iran]," katanya.
Ia belum tahu balasan seperti apa yang akan dilakukan Iran kepada Israel. "Namun, dari perspektif keamanan, ini sangat penting bagi Iran."
Mohsen Rezaei, anggota Dewan Kebijaksanaan dan mantan panglima tertinggi IRGC, mengatakan Israel akan membayar harga yang mahal atas pembunuhan Haniyeh.