REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Prancis melarang atlet muslimah mereka mengenakan hijab saat bertanding di Olimpiade Paris 2024. Kebijakan ini langsung memunculkan kontroversi bahkan kecaman dari berbagai pihak. Selain dinilai mencederai semangat olimpiade, larangan ini dinilai melanggar hak asasi manusia.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, walau aturan yang melarang mengenakan hijab saat bertanding ini hanya berlaku untuk atlet yang berasal dari Prancis yang saat ini menjadi tuan rumah olimpiade, tetapi hal ini sama sekali tidak dapat dibenarkan. Kebijakan otoritas olahraga Prancis untuk atlet muslimahnya sangat mencederai semangat Olimpiade itu sendiri. Bukan hanya diskriminatif, pelarangan ini juga melanggar hak asasi manusia.
Menurutnya, negara-negara peserta olimpiade harusnya mendesak Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mencabut larangan berhijab bagi atlet muslim tuan rumah (Prancis) saat berlaga di Olimpiade Paris 2024. Desakan ini penting sebagai bentuk rasa solidaritas kepada atlet muslimah Prancis. Selain itu juga karena IOC sendiri justru memperbolehkan atlet berhijab di Olimpiade Paris 2024.
“Desakan ini juga bentuk aksi nyata menegakkan semangat Olimpiade yang salah satunya adalah mempromosikan persatuan di tengah keragaman budaya, ras, dan bangsa. Olimpiade adalah momen di mana dunia bersatu untuk merayakan prestasi atlet dari berbagai latar belakang. Larangan bagi atlet muslimah Perancis mengenakan hijab saat bertanding telah mencederai semangat itu,” ujar Fahira Idris di Jakarta (1/8/2024).
Larangan ini, sambung Fahira Idris, setidaknya mencederai empat semangat utama olimpiade yaitu kesetaraan dan inklusi, menghormati keragaman budaya, persatuan di tengah keragaman dan penghargaan terhadap hak individu.
Larangan bagi atlet muslimah Perancis mengenakan hijab saat bertanding bertentangan dengan tujuan olimpiade yaitu mempromosikan kesetaraan dan inklusi tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang budaya. Larangan ini juga dinilai tidak menghormati keragaman dan mengabaikan kebutuhan serta keyakinan agama para atlet muslimah Perancis. Ini karena, hijab adalah bagian penting dari identitas atlet Muslimah Prancis.
“Pelarangan hijab bagi atlet muslimah Prancis saat bertanding adalah kebijakan eksklusif dan diskriminatif yang tidak sesuai dengan semangat olimpiade yang menyatukan orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang dalam semangat persaudaraan dan kompetisi yang sehat. Larangan ini juga tidak menghormati hak individu terutama hak untuk memilih bagaimana seseorang berpakaian sesuai dengan keyakinan pribadi,” pungkas Fahira Idris.