REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat literasi keuangan syariah dan inklusi keuangan syariah di Indonesia mulai tumbuh dengan pesat meskipun masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan tingkat inklusi dan literasi keuangan konvensional.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menekankan indeks literasi dan inklusi keuangan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 tidak dapat dibandingkan secara langsung terhadap indeks literasi dan inklusi keuangan hasil SNLIK tahun 2022 karena terdapat perbedaan metodelogi sampling.
"Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah sebesar 39,11 persen dan 12,88 persen," kata Amalia dalam Konferensi Hasil SNLIK Tahun 2024 yang diikuti secara daring, Jumat (2/8/2024).
Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2019 ke 2022, indeks literasi keuangan syariah Indonesia masih berada di level 9 persen, meski inklusinya naik dari 9 persen ke 12 persen. Walaupun indeks tersebut meningkat setiap tahunnya, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masih jauh di bawah indeks literasi keuangan nasional yang telah mencapai 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.
Masih rendahnya indeks inklusi syariah yang masih stagnan di angka 12 persen masih menjadi PR guna mewujudkan visi dan misi Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk pengembangan ekonomi keuangan syariah.
Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggandeng BPS merilis SNLIK 2024. Survei dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada 10.800 responden rentang umur 15-79 tahun di 34 Provinsi mencakup 120 kabupaten dan kota.
Berdasarkan hasil SNLIK 2024, indeks inklusi keuangan lebih tinggi daripada indeks literasi keuangan, terutama pada layanan jasa keuangan konvensional. Adapun kriteria well literate akan terpenuhi apabila seseorang memenuhi 5 parameter yakni pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku. Sementara untuk indeks inklusi keuangan pengĥitungannya diperoleh melalui penggunan produk/layanan jasa keuangan.
"Hasil SNLIK tahun 2024 diperoleh bahwa indeks literasi keuangan tahun 2023 berdasarkan hasil survei 2024 bahwa indeks literasi keuangan adalah 65,43 persen dan indeks inklusi keungan adalah 75,02 persen," ungkap Amalia.
Sehingga, 65,43 persen dari populasi Indonesia memenuhi kriteria well literate dan 75,02 persen dari masyarakat Indonesia menggunakan dan memiliki akses terhadap produk dan jasa layanan keuangan.