Senin 05 Aug 2024 21:50 WIB

Cerita Kusananto, Penolong Bocah SD di Indramayu yang Kematiannya Masih Jadi Teka-teki

Siswa WD sebelumnya diketahui ambruk di sekolahannya dan sempat diberi pertolongan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Amis, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Senin (5/8/2024). Di sekolah itu, seorang siswa ambruk saat jam istirahat sekolah dan dinyatakan meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju RSUD Indramayu.
Foto: Dok Republika
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Amis, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Senin (5/8/2024). Di sekolah itu, seorang siswa ambruk saat jam istirahat sekolah dan dinyatakan meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju RSUD Indramayu.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU-- Penyebab kematian WD (10), siswa kelas tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Amis, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, hingga kini masih menjadi teka-teki. Polisi telah melakukan penyelidikan dan masih menunggu hasil autopsi yang dilakukan di RS Bhayangkara Indramayu.

WD meninggal dunia pada Kamis (1/8/2024). Siswa tersebut sebelumnya diketahui ambruk di sekolahannya. Meski sempat diberikan pertolongan medis di Puskesmas setempat, namun bocah itu meninggal saat dalam perjalanan menuju RSUD Indramayu.

Baca Juga

Kematian korban pun viral di media sosial dan ramai disebut akibat korban perundungan teman sekolahnya. Namun, polisi meminta semua pihak bersabar menunggu hasil autopsi dan mempercayakan penanganan kasus itu sepenuhnya kepada mereka.

Seorang tenaga administrasi UPTD SDN 3 Amis, Kusnanto, menjelaskan, peristiwa itu terjadi saat jam istirahat kedua, atau sekitar pukul 11.10 WIB. Saat itu, terlihat kerumunan anak-anak dan melaporkan ada anak yang pingsan. ‘’Wali kelasnya langsung berlari keluar, kemudian memanggil saya. Dan saya pun  langsung berlari menemui korban di depan kelas 3B,’’ kata Kusnanto, saat ditemui di SDN 3 Amis, Senin (5/8/2024).

Menurut Kusnanto, saat itu korban dalam kondisi terlentang di depan pintu kelas 3B. Dia tidak melihat luka luar, hanya ada sedikit darah di daerah mulutnya.

Kusnanto mengatakan, saat itu anak-anak sudah ramai mengerumuni korban. Dia bahkan sempat kesulitan mendekati korban karena banyaknya anak-anak. ‘’Jadi saya minggirin anak-anak tuh lama, (maksudnya) biar yang pingsannya dapat udara. Abis itu saya angkat yang pingsan, langsung saya bawa ke kantor guru,’’ kata Kusnanto.

Kusnanto dan guru lainnya kemudian sama-sama memberikan pertolongan pertama kepada korban. Seperti membuka baju dan celana korban, serta melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Mereka juga memberikan kayu putih untuk menyadarkan korban. Sedangkan sejumlah guru lainnya ada yang memanggil tenaga kesehatan terdekat dan ada pula yang memanggil orang tua korban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement