REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejatinya, Allah SWT tidak menyukai kesombongan dalam bentuk apa pun, baik sikap, ucapan, maupun perbuatan (QS Luqman [31]: 18-19). Sebab, membesarkan diri (al-mutakabbir) adalah pakaian kebesaran-Nya.
Dalam hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Kemuliaan adalah pakaian-Ku, dan kebesaran adalah selendang-Ku. Siapa saja yang menyaingi-Ku dalam salah satunya, maka Aku pasti akan menyiksanya.” (HR Muslim).
Allah SWT tidak suka kepada orang kaya yang sombong seperti Qarun, sehingga dilenyapkan ke perut bumi (QS al-Qashash [28]: 81). Sebab, sekaya apa pun seseorang, ia tidak mampu mengendalikan segalanya dan tetap bergantung kepada-Nya (QS Fatir [35]: 15). Namun, Allah lebih tidak suka lagi kepada orang miskin yang sombong, sebab ia tidak punya sesuatu untuk disombongkan.
Imam Nawawi dalam kitab Riyadhush-Shalihin menukil sebuah hadis dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, “Ada tiga kelompok yang kelak di hari kiamat, di mana Allah tidak akan berbicara, membersihkan dan memandang mereka, bahkan akan menyiksanya dengan azab yang pedih, yaitu orang tua berzina, penguasa bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR Muslim).
Setidaknya, ada empat pertanda orang miskin yang sombong. Pertama, enggan berdoa (ibadah). Allah SWT sangat senang kepada seorang hamba yang taat dan selalu meminta kepada-Nya. Setiap permohonan akan dipenuhi dengan cara-Nya sendiri (QS Ghafir [40]: 60).
Namun, jika orang miskin enggan berdoa, maka itulah pertanda kesombongan Sekiranya pun berdoa, tidak sepenuh hati. “Ya Allah, berikanlah aku, jika Engkau mau.” (HR Muslim).
Kedua, malas melaksanakan tugas. Semestinya orang miskin harus sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan hidup dan mewujudkan cita-citanya. Namun, jika orang miskin malas ibadah, bekerja, belajar atau lalai akan janji (komitmen), maka itulah pertanda kesombongan (QS An-Nisa`[4]: 142).
Ketiga, suka melanggar aturan. Tujuan agama diturunkan agar hidup manuisa menjadi tertib, disiplin dan bertanggung jawab. Seorang Muslim, wajib patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya.
Begitu pun masyarakat harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau pemimpinnya (QS an-Nisa [4]:59). Namun, jika orang miskin suka melanggar aturan atau tidak mau mendengarkan nasihat, itulah pertanda kesombongan.
Keempat, tak pandai berterima kasih. Orang kaya yang tulus tidak mengharapkan balasan dari orang yang ditolongnya (QS al-Insan [76]:9-10). Namun, orang miskin wajib berterima kasih atas kebaikan yang diterimanya.
“Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR Ahmad). Namun, jika orang miskin tidak pandai berterima kasih, itulah pertanda kesombongan.
Akhirnya, tiada yang patut disombongkan, sebab semua kekayaan dan kekuasaan akan sirna pada waktunya. Namun, ketika sseorang yang sudah miskin dan sombong pula, maka tiada lagi yang berharga pada dirinya. Lalu, orang-orang pun akan membiarkannya merana dalam kesendirian.