Sabtu 10 Aug 2024 06:30 WIB

Empat Panggilan bagi Orang Riya

Orang Riya akan mendapat empat panggilan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Amal ibadah harus ikhlas karena Allah (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Amal ibadah harus ikhlas karena Allah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SERANG – Ulama Nusantara terkemuka Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al Bantani menjelaskan bahwa ada 77 cabang iman, salah satu cabang iman di antaranya adalah ikhlas dalam beramal karena Allah SWT.  

 

Seorang hamba yang melakukan amal ibadah harus memurnikan niat bahwa amal ibadahnya dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Baca Juga

Artinya amal ibadah yang dilakukannya bukan untuk hal lain misalnya untuk mendapat ketenaran, kedudukan, pencitraan, dan keuntungan. 

Imam Al-Ghazali berkata bahwa ikhlas atau memurnikan niat adalah jika tujuan dari amal ibadah yang dilakukan seseorang semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Misalnya orang yang tidur sehingga dapat mengistirahatkan badannya dengan maksud agar sesudah tidur dia kuat melakukan ibadah, maka tidurnya adalah ibadah dan ia memperoleh derajat ikhlas dalam hal tersebut. 

Jika tujuan amal ibadah tidak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka pintu ikhlas dalam amal ibadah tertutup baginya. 

Kebalikan dari ikhlas adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam amal ibadah. Dalam hadits disebutkan bahwa pada hari kiamat orang yang berbuat riya, yaitu orang yang menjaring hati manusia atau mencari simpati manusia dengan amal ibadah akan dipanggil dengan empat macam panggilan. 

Di antara empat macam panggilan itu adalah wahai orang yang berbuat riya, wahai orang yang menipu, wahai orang musyrik, dan wahai orang kafir. 

عن جبلة اليحصبي قال: كنا مع رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فكان فيما حدث: أن قائلا من المسلمين قال: يا رسول الله، ما النجاة غدا؟ قال: «لا تخادع الله». قال: وكيف نخادع الله؟ قال: أن تعمل بما أمرك الله به تريد به غيره، فاتقوا الرياء فإنه الشرك بالله عز وجل، فإن المرائي ينادى به يوم القيامة على رءوس الخلائق بأربعة أسماء يا كافر، يا فاحش، يا خاسر، يا غادر، ضل عملك وبطل أجرك، فلا صلاة لك اليوم عند الله، والتمس أجرك ممن كنت تعمل له يا مخادع 

Dari Jaballah al-Yahshabi, dia berkata, “Kami bersama dengan sejumlah sahabat Nabi SAW, pada saat itu, seseorang berkata, “Wahai Rasulullah apa keselamatan esok hari?” Belia menjawab, “Janganlah engkau menipu Allah. Sahabat tadi berkata, “Bagaimana kami menipu Allah?” Dia berkata, “Engkau kerjakan apa yang diperintahkan Allah, tetapi engkau niatkan untuk selain-Nya, maka takutlah perbuatan riya, karena sesungguhnya dia adalah syirik (kecil) kepada Allah SWT, orang riya kelak akan dipanggil di hari kiamat di hadapan manusia dengan empat panggilan yaitu wahai kafir, wahai keji, wahai orang merugi, wahai pengkhianat, amalmu sesat pahalamu sirna, tidak ada doa untukmu sekarang di hadapan Allah, dan mintalah pahala perbuatanmu kepada pihak yang engkau tuju wahai penipu.” (Dalam kitab Faidh al-Qadir, Imam as-Syaukani menyebut hadits ini dhaif.)

Pengarang kitab al-Washiyyah berkata, "Kesempurnaan peringkat ikhlas dapat berhasil dengan penyaksian seseorang hamba bahwa amalnya yang saleh adalah ciptaan Allah SWT berdasar keyakinan yang mantap. Sedangkan dirinya tidaklah memiliki amal tersebut kecuali sekadar menjalankan ibadah saja." 

"Barang siapa yang menyaksikan bahwa amalnya adalah ciptaan Allah Ta'ala berdasar keyakinan yang mantap, maka ia tidak mencari pahala, dan tidak terjangkit tiga macam penyakit amal yaitu riya, takabbur, dan membanggakan diri." 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement