Senin 12 Aug 2024 16:42 WIB

Berdoa di dalam Kamar Mandi, Bolehkah?

Saat sedang berwudhu atau setelahnya, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kamar mandi (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Kamar mandi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketika sedang berwudhu atau setelahnya, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa. Namun, terkadang ada tempat wudhu yang menyatu dengan kamar mandi atau toilet. Sementara, para ulama memakruhkan untuk berdoa di toilet.  

Jadi, bolehkah berdoa saat atau setelah wudhu di tempat itu? 

Baca Juga

Menanggapi pertanyaan tersebut, mantan Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara, Dr Muzammil H Siddiqi menyatakan bahwa pada zaman dulu toilet adalah tempat yang kotor. Orang akan melihat kotoran di sekitarnya dan itu adalah tempat yang bau.

Dia melanjutkan, tidak pantas menyebut nama Allah dan berdoa di tempat seperti itu. Karena, nama Allah itu mulia dan harus dihormati. "Jadi, aturannya adalah di tempat seperti itu nama Allah tidak boleh disebutkan. Mereka yang menjaga toiletnya kotor dan bau harus tetap mematuhi aturan ini," kata Muzammil dikutip dari Aboutislam.

Tetapi, lanjut dia, kebanyakan toilet di zaman sekarang ini sudah sangat bersih. Jika kebersihan kamar mandinya selalu dijaga, maka usahakan tidak menyebut nama Allah saat berada di dudukan toilet. 

"Tetapi ketika Anda selesai dari sana (dudukan toilet) dan disiram, dan area itu untuk wudhu, maka di sana Anda dapat menyebutkan doa wudhu yang ingin Anda ucapkan," jelas Muzammil.

Maka dapat disimpulkan, karena pada zaman dulu toilet tidak bersih, maka harus menghindari penyebutan nama Allah di dalamnya. Namun, jika kebersihan toilet terjaga dengan baik dan tidak ada bekas najis, umat Islam bisa menyebut nama Allah.

"Dalam hal ini, lebih baik hanya menyebutkan hanya doa yang terkait dengan tindakan yang Anda lakukan (wudhu, mandi besar, dan lain-lain)," kata Muzammil.

Sumber:

 https://aboutislam.net/counseling/ask-the-scholar/dhikr-supplication/dhikr-and-duaa-in-the-toilet-allowed/

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement