Rabu 21 Aug 2024 18:43 WIB

Apa yang Harus Dilakukan Jika Pemimpin Menjengkelkan? Ini Nasihat Nabi

Menghadapi pemimpin yang dzalim memiliki beberapa pendekatan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Pemimpin yang dzalim. (ilustrasi)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --Dalam Islam, menghadapi pemimpin yang dzalim memiliki beberapa pendekatan yang diatur oleh syariat. Prinsip-prinsip berikut sering kali dijadikan panduan:

1. Sabar dan Doa

Baca Juga

Islam menganjurkan umatnya untuk bersabar dan berdoa kepada Allah. Sabar adalah salah satu sikap utama yang harus dimiliki oleh umat Islam ketika menghadapi penguasa yang zalim, sembari memohon agar Allah memberikan jalan keluar dan kemudahan.

Rasulullah SWW bersabda , ”Barangsiapa yang mendapatkan dari pemimpin(nya) sesuatu yang tidak menyenangkan, maka hendaklah bersabar. (Karena) sesungguhnya, barangsiapa yang keluar dari pemimpin, maka meninggal dalam keadaan jahiliyah.” [HR Al Bukhari

2. Menghindari Fitnah dan Kekacauan

Islam mengutamakan perdamaian dan mencegah kerusakan yang lebih besar. Jika melawan penguasa zalim secara langsung dapat menimbulkan kekacauan dan fitnah, maka dianjurkan untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan yang bisa memperburuk keadaan.

Ingatlah bahwa darah kaum muslimin itu lebih mulia daripada hancurnya dunia ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

"Hancurnya dunia ini lebih ringan (dosanya) daripada terbunuhnya seorang muslim." (HR. Tirmidzi)

3. Memberikan Nasihat dengan Hikmah

Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk memberikan nasihat kepada penguasa dengan cara yang bijak dan santun. Hal ini bisa dilakukan dengan pendekatan yang penuh hikmah, tanpa menimbulkan permusuhan atau konflik yang lebih besar.

 4. Menyebarkan Kebenaran dan Keadilan

Dalam Islam, kebenaran harus tetap ditegakkan. Umat Islam dianjurkan untuk terus menyuarakan kebenaran dan menegakkan keadilan, baik melalui dakwah, edukasi, maupun dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan syariat.

Rasulullah menjelaskan tentang keutamaan mengucapkan sesuatu yang hak di hadapan penguasa zalim. 

“Sebaik-baik jihad adalah ucapan yang hak di sisi pemimpin yang zalim." (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah). Jihad ini tentu dilakukan dengan kalimat yang baik sebagaimana Nabi Musa dan Nabi Harun diutus Allah untuk berdakwah kepada Fir’aun. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement