Sabtu 10 Dec 2022 20:00 WIB

Disposable Income: Pengertian, Fungsi, Cara Menghitungnya

Dalam menjalankan bisnis, terdapat beberapa jenis income yang perlu diketahui, salah satunya Disposable Income. Simak penjelasan berikut ini.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Foto: Cermati
Cermati

Pendapatan merupakan tolak ukur untuk mengetahui tingkat kesehatan finansial. makin besar pendapatan, biasanya makin besar pula pengeluaran dan pajak yang wajib dibayarkan. Sumber pendapatan bisa berasal dari pekerjaan utama, sampingan atau bisnis.

Bagi yang memiliki bisnis, penting untuk mengetahui disposable income. Sebab, istilah ini sangat erat kaitannya dengan produksi dan tenaga kerja. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian disposable income, fungsi, faktor yang mempengaruhi, dan cara menghitungnya. Yuk, disimak!

Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ternyata Inilah yang Membedakan Revenue dengan Income

Apa Itu Disposable Income?

disposable income

Disposable Income

Disposable income sama dengan pendapatan yang akan dibelanjakan, baik oleh perorangan maupun perusahaan. Disposable income adalah pendapatan (setelah dikurangi semua pajak dari pemerintah) yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha. Beberapa biaya pajak yang dipotong dari pendapatan, seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Penghasilan (PPh), dan lain sebagainya. Singkatnya, disposable income adalah pendapatan bersih.

Besar kecilnya disposable income akan mempengaruhi daya beli dan kesejahteraan hidup. Makin besar disposable income, makin besar peluang suatu perusahaan untuk meningkatkan produksi, mendiversifikasi produk, meningkatkan pelayanan, hingga mengembangkan usaha. Kenaikan disposable income mempengaruhi pendapatan nasional di dalam suatu negara. 

Pada tingkat ekonomi makro, disposable income menjadi salah satu hal yang diawasi oleh negara. Alasannya karena pendapatan ini menjadi suatu indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Maka negara yang maju biasanya memiliki jumlah disposable income yang besar.

Perbedaan Income dan Disposable Income

Income dan disposable income merupakan dua istilah yang berbeda, tapi sering dianggap sama karena sama-sama merujuk pada pendapatan. Income lebih kepada pendapatan kotor, belum dikurangi biaya apapun dan belum siap digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan disposable income adalah pendapatan bersih yang siap untuk membiayai semua kebutuhan.

Baca juga: Inilah 5 Jenis Laporan Keuangan Perusahaan yang Investor Wajib Tahu!

Fungsi Disposable Income

Disposable income memiliki beberapa fungsi, baik bagi perusahaan maupun perorangan. Berikut ini fungsi disposable income yang perlu diketahui.

  1. Sebagai Tolak Ukur Penentu Kebijakan

    Besar kecilnya disposable income suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan yang digunakan perusahaan tersebut dalam menjalankan bisnis. Perusahaan yang memiliki disposable income yang besar membuat pertimbangan bagi perkembangan bisnisnya ke arah yang lebih baik. Misalnya dengan melakukan ekspansi usaha, memperbanyak jumlah karyawan, meningkatkan produksi, membuat diversifikasi produk, meningkatkan kualitas produksi, dan lain-lain.

    Ketika disposable income perusahaan menurun pada tahun berikutnya, maka hal yang wajar jika perusahaan mengubah kebijakan mengenai produksi. Perusahaan mungkin akan mengurangi jumlah produksi, penyimpanan bahan baku di gudang, atau mengurangi jumlah karyawan. Pengurangan seperti ini diharapkan dapat membuat aktivitas produksi tetap berjalan, meskipun dalam situasi yang kurang baik.

  2. Untuk Menghitung Mekanisme Pasar

    Disposable income mempengaruhi daya beli pasar. Jika perusahaan tidak mampu membeli produk yang lebih banyak, maka permintaan masyarakat akan barang tersebut otomatis berkurang. Akibatnya, perusahaan harus mengurangi jumlah produksi barang, mengurangi jumlah stok bahan baku, dan mirisnya jumlah karyawan.

    Penting bagi perusahaan untuk menghitung mekanisme pasar melalui daya beli tersebut, sehingga perusahaan dapat menaksir jumlah permintaan. Dari sini, perusahaan tahu berapa banyak barang yang harus diproduksi agar tidak mubazir dan menimbulkan kerugian yang besar. Perusahaan perlu melihat tren yang terjadi di pasar, sehingga produk yang dihasilkan mengikuti selera pasar.

  3. Alat untuk Mengukur Kesehatan Finansial

    Fungsi yang ketiga ini berlaku untuk semua pihak yang telibat, baik bagi perusahaan, perorangan, maupun negara. Finansial yang sehat menjadi indikasi bahwa sebuah perusahaan akan dapat memenuhi kebutuhan dengan baik. Benar, kan? Maka penting untuk menghitung disposable income sebaik mungkin agar kesehatan finansial selalu terjaga.

    Sebuah perusahaan dikatakan memiliki finansial yang sehat apabila kegiatan operasionalnya tidak terganggu, meskipun terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perusahaan memiliki cadangan kas yang cukup untuk membiayai pengeluaran tak terduga dan kerugian produksi yang mungkin terjadi di masa mendatang. Perusahaan juga dapat membayar utang usaha dengan lancar.

  4. Sebagai Budgeting Perusahaan

    Pemahaman disposable income yang baik membantu perusahaan untuk merancang budgeting, baik bulanan, triwulan, maupun tahunan. Budgeting yang baik membuat kondisi finansial perusahaan terjaga. Perusahaan punya uang yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan produksi tanpa melewatkan satupun.

    Besaran budgeting yang diperlukan oleh perusahaan tergantung dari kebutuhan pada saat itu. Jika permintaan banyak, maka budget yang dibutuhkan pun besar. Jika permintaan menurun, perusahaan wajib mengurangi budget untuk menghindari terjadinya pemborosan.

  5. Sebagai Investasi

    Jika kondisi finansial perusahaan sehat, tidak ada salahnya untuk menambah disposable income, salah satunya untuk tujuan investasi. Tentu tidak salah, karena investasi sendiri memberikan sejumlah keuntungan yang nantinya dapat menambah cadangan kas perusahaan.

    Keuntungan yang diperoleh dapat berupa deviden dari suatu unit bisnis yang sahamnya dibeli oleh perusahaan. Dividen biasanya dibagikan setiap tahun, yang dihitung berdasarkan jumlah saham yang dimiliki. Makin besar jumlah saham, makin tinggi dividen yang diterima.

Faktor yang Mempengaruhi Disposable Income

Disposable income terjadi karena pengaruh dari beberapa faktor. Apa saja?

  • Pajak langsung

    Pajak langsung, seperti PPh, PKB, dan PBB mengurangi penghasilan yang diperoleh perusahaan. Jika persentase pajak langsung berkurang, maka jumlah diposable income menjadi meningkat. Dalam kondisi ini, maka perusahaan dapat meningkatkan produksi maupun pembelian bahan baku.

    Sebaliknya, jika persentase pajak langsung meningkat, maka disposable income menurun. Situasi ini otomatis mengurangi jumlah pembelian perusahaan, karena sebagian penghasilan yang diperoleh digunakan untuk membayar pajak. 

  • Jumlah Income

    Seperti yang diketahui, income adalah penghasilan kotor. Makin besar income yang diperoleh, maka makin besar pula jumlah disposable income. Begitu juga sebaliknya. Tak heran jika perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan jumlah penghasilan agar kesempatan untuk mengembangkan perusahaan menjadi besar.

    Namun, situasi di atas hanya berlaku apabila pajak langsung dari pemerintah tetap atau tidak meningkat. Jika ternyata persentase pajak meningkat, maka jumlah disposable income akan berkurang. Tidak sama seperti yang diharapkan perusahaan sebelumnya.

  • Gejolak Perekonomian dan Politik

    Faktor yang tak kalah berpengaruh pada disposable income adalah kondisi perekonomian dan politik yang terjadi di suatu negara. Jika terjadi resesi, misalnya, pemerintah akan mengurangi tarif pajak yang dibebankan kepada perusahaan maupun masyarakat. Dengan harapan agar kebutuhan dapat terpenuhi sebaik mungkin.

    Ketika tarif pajak berkurang, hal ini membuat disposable income meningkat daripada bulan-bulan sebelumnya. Kenaikan disposable income juga dapat terjadi ketika kondisi perekonomian dan politik negara membaik. Sebab, daya beli masyarakat makin tinggi, harga saham meningkat, dan terjadi peningkatan pendapatan.

Cara Menghitung Disposable Income

Berapa besar disposable income yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu bulan? Berikut cara menghitung disposable income.

Disposable income = penghasilan tahunan – (pajak langsung + biaya lainnya)

Keterangan:

  • Penghasilan tahunan: total income selama 1 tahun.
  • Pajak langsung: PPh, PKB, dan PBB.
  • Biaya lain: iuran wajib yang dibayar perusahaan, seperti BPJS Ketenagakerjaan, kesehatan, dan lain-lain.

Tips Mengelola Disposable Income

Mengingat disposable income sangat penting, maka dibutuhkan pengelolaan yang baik agar jumlahnya tidak berkurang. Berikut ini tips mengelola disposable income yang bisa dilakukan.

  1. Memprioritaskan Pengeluaran

    Perusahaan memiliki pengeluaran rutin dan tidak rutin. Fokuslah pada pengeluaran yang sifatnya rutin karena ini berimbas langsung pada kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Bukan berarti mengesampingkan pengeluaran tidak rutin, tapi pastikan pengeluaran rutin sudah terpenuhi terlebih dahulu.

  2. Memiliki Budgeting

    Budgeting menjadi hal yang krusial karena erat kaitannya dengan pengeluaran. Budgeting digunakan sebagai batas wajar uang keluar dan pedoman dalam berbelanja. Perusahaan harus mampu menyusun budgeting sesuai kebutuhan untuk menghindari pengeluaran yang tidak diinginkan.

  3. Melakukan Evaluasi

    Pengeluaran perusahaan berbeda-beda setiap bulan. Itulah alasan evaluasi perlu dilakukan secara berkala, jadi perusahaan tahu biaya mana yang membutuhkan tambahan budget dan mana yang perlu dipangkas. Hal ini otomatis memudahkan penyusunan budgeting di bulan berikutnya.

Baca juga: Butuh Passive Income? Ini Cara Cepat Mendapatkannya

Perusahaan yang Baik Taat Bayar Pajak

Mengingat tidak ada seorang pun yang lepas dari pajak, maka pemahaman tentang disposable income sangat dibutuhkan untuk memudahkan pelaku usaha dalam menjalankan bisnis. Gunakan disposable income untuk kepentingan bisnis saja, bukan untuk kepentingan pribadi. Tak lupa agar selalu taat bayar pajak untuk menghindari adanya sengketa usaha di kemudian hari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement