Selasa 27 Aug 2024 06:47 WIB

Hadapi Cuaca Panas, Masyarakat di Jakarta Diimbau Waspadai Risiko Kebakaran

Cuaca panas memengaruhi pola hidup masyarakat menggunakan listrik.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Kebakaran permukiman di Manggarai, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Masyarakat di Jakarta diimbau mewaspadai ancaman kebakaran khususnya di tengah musim kemarau.
Foto: Fakhri Hermansyah
Kebakaran permukiman di Manggarai, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Masyarakat di Jakarta diimbau mewaspadai ancaman kebakaran khususnya di tengah musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat di DKI Jakarta diimbau mewaspadai ancaman kebakaran dengan melakukan upaya pencegahan. Utamanya di tengah fenomena cuaca panas seperti sekarang.

"Meskipun cuaca panas di Indonesia bukan merupakan gelombang panas atau heatwave, namun masyarakat harus tetap waspada akan bahaya kebakaran," kata KepalaDinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan di Jakarta, Senin (26/8/2024).

Baca Juga

Satriadi menjelaskan, Indonesia tengah mengalami fenomena cuaca panas yang disebabkan oleh peralihan musim. Sebagaimana dilansir dari BMKG, secara karakteristik fenomena suhu panas itu merupakan akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Ia menjelaskan, suhu yang tinggi dapat memengaruhi pola hidup masyarakat dalam menggunakan listrik yang berlebih saat terjadi cuaca panas. Peningkatan penggunaan listrik yang kurang bijaksana juga dikhawatirkan akan menyebabkan perangkat elektronik, kabel dan instalasi listrik menjadi lebih rentan terhadap gangguan atau korsleting.

Untuk itu, pihaknya meminta masyarakat untuk selalu melakukan upaya pencegahan kebakaran di antaranya dengan mematikan dan cabut kabel listrik di rumah jika tidak digunakan. Selain itu, tidak meninggalkan peralatan listrik dalam kondisi menyala atau tetap tertancap pada saklar listrik.

Masyarakat juga diminta untuk menghindari penggunaan steker bertumpuk, menggunakan peralatan listrik sesuai dengan standar yang berlaku. Selanjutnya, tidak membakar sampah dan membuang puntung rokok sembarangan yang dapat mengakibatkan kebakaran dan tidak meninggalkan kompor menyala saat memasak dan matikan kompor saat mau meninggalkan rumah.

"Untuk layanan pemadaman kebakaran dan penyelamatan hubungi nomor telepon 112 (Jakarta Siaga) atau pos pemadam terdekat dan tidak dipungut biaya apapun," kata Satriadi.

Sejak pertengahan tahun, sejumlah kebakaran marak terjadi di Jakarta. Si jago merah menghanguskan 18 ruang bangunan di SDN 01 Pondok Bambu, Jakarta Timur pada Juli lalu.

Belum lama ini, sebanyak 3.019 jiwa dari 1.050 Kepala Keluarga (KK) harus mengungsi karena kebakaran yang melanda permukiman padat di Jalan Remaja 5, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Penyebab kebakaran berasal dari korsleting saat pengisian daya ponsel salah satu rumah warga.

Sedangkan yang paling baru, yakni kebakaran di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (26/8/2024) yang diduga karena korsleting listrik.

Sebanyak 86 personel Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan memadamkan kebakaran di RSPP, Kebayoran Baru. Insiden kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 13.30 WIB diduga berasal dari panel listrik yang terbakar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement