Selasa 27 Aug 2024 15:58 WIB

Bendungan Meluap, 20 Desa di Sudan Terendam dan 30 Orang Tewas

Bencana banjir berdampak pada 50 ribu orang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Seorang warga berjalan melewati air banjir, di Port Sudan, Sudan, 26 Agustus 2024.
Foto: REUTERS/El Tayeb Siddig
Seorang warga berjalan melewati air banjir, di Port Sudan, Sudan, 26 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, ARBAAT -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan air bendungan di Sudan yang meluap menenggelamkan 20 desa dan menewaskan 30 orang. Menurut PBB, jumlah korban tewas di timur Sudan yang sudah dilanda perang sipil kemungkinan lebih banyak lagi. 

Hujan deras yang menyebabkan banjir mengakibatkan air di Bendungan Arbaat yang terletak 25 kilometer sebelah utara Port Sudan meluap pada Ahad (25/8/2024). Port Sudan merupakan ibu kota nasional de facto dimana pusat pemerintah, kantor-kantor diplomat, dan lembaga bantuan berada.

Port Sudan juga menampung ratusan ribu pengungsi perang sipil. "Daerah ini sudah tidak dapat dikenali, listrik dan pipa air hancur," kata kepala otoritas air untuk Negara Bagian Laut Merah, Omar Eissa Haroun pada pesannya pada stafnya di aplikasi Whatsapp, Selasa (27/8/2024).

Salah satu petugas tanggap bencana mengatakan sekitar 150 sampai 200 orang hilang. Ia mengatakan melihat jenazah-jenazah penambang emas dan puing-puing peralatan mereka yang hancur diterjang banjir bandang. Petugas itu menyamakan bencana ini dengan bencana di Kota Derna, Libya bulan September tahun lalu yang terjadi ketika badai menghancurkan bendungan dan menyapu gedung-gedung dan menewaskan ribuan orang.

Di jalanan menuju Arbaat, terlihat warga sedang mengubur seorang pria dengan kayu untuk mencegah kuburan itu tersapu longsor. PBB mengatakan bencana ini berdampak pada rumah-rumah sekitar 50 ribu orang. PBB menambahkan angka ini hanya berdasarkan area di sebelah barat bendungan karena sebelah timurnya belum bisa diakses.

Bendungan itu merupakan sumber utama air di Port Sudan yang di mana pelabuhan Laut Merah dan bandara Sudan berada. Pintu masuk bantuan ke negara itu. “Kota ini terancam krisis air dalam beberapa hari ke depan,” kata Asosiasi Pecinta Lingkungan Sudan dalam pernyataannya.

Para pejabat mengatakan hujan deras yang turun lebih awal dari biasanya dan endapan lumpur selama berhari-hari mengakibatkan bendungan tersebut ambruk. Bendungan, jalan, dan jembatan di Sudan sudah rusak sebelum perang sipil antara tentara Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Force dimulai pada April 2023.

Sejak perang, kedua belah pihak menyalurkan sumber dayanya untuk konflik dan mengabaikan kebutuhan infrastruktur. Kementerian Kesehatan Sudan mengatakan beberapa orang sudah mengungsi dari rumah mereka yang terendam banjir dan pindah ke daerah pegunungan. Tapi mereka kini terjebak banjir.

Gugus tugas musim hujan pemerintah mengatakan sudah 132 orang tewas akibat banjir di seluruh negeri. Jumlah ini bertambah 68 orang dalam waktu dua pekan.

Lembaga-lembaga PBB mengatakan, sejak musim hujan tahun ini sudah 118 ribu orang terpaksa mengungsi. Konflik di Sudan dipicu perebutan kekuasaan antara tentara dan pasukan paramiliter Rapid Force.

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement