Senin 02 Sep 2024 08:02 WIB

Enam Sandera Tewas, Netanyahu Diamuk Ratusan Ribu Demonstran

Netanyahu dituding terus menghalangi gencatan senjata.

Orang-orang mengambil bagian dalam protes yang menyerukan kesepakatan senjata untuk segera pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza di Tel Aviv, Israel, Ahad, 1 September 2024.
Foto: .AP Photo/Ariel Schalit
Orang-orang mengambil bagian dalam protes yang menyerukan kesepakatan senjata untuk segera pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza di Tel Aviv, Israel, Ahad, 1 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Upaya pemerintah Israel menyalahkan Hamas atas tewasnya enam sandera di Jalur Gaza yang dievakuasi pekan lalu jadi senjata makan tuan. Hampir sejuta warga Israel justru turun ke jalan menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang terus menunda gencatan senjata.

Aksi unjuk rasa besar-besaran dilakukan di berbagai kota di Israel sejak Ahad malam. Sekitar 550 ribu berunjuk rasa di Tel Aviv mengecam Netanyahu dan mendesak gencatan senjata. Serikat buruh terbesar di Israel juga menyerukan pemogokan massal pada Senin ini. Tindakan itu akan menambah tekanan pada perekonomian Israel yang babak belur setelah agresi brutal ke Jalur Gaza. 

Baca Juga

Sebagai reaksi terhadap enam tahanan yang jenazahnya ditemukan di sebuah terowongan di Rafah, selatan Jalur Gaza, Ahad pagi, Ketua Serikat Pekerja Histadrut, Arnon Bar David, mengatakan pertimbangan politiklah yang menghambat pertukaran tawanan.

Serikat pekerja Histadrut melaporkan bahwa pemogokan besok akan mencakup kota Yerusalem, Tel Aviv dan Haifa, dengan bus-bus di Yerusalem ditutup. Ia menambahkan bahwa pemogokan juga akan mencakup kementerian pertahanan, dalam negeri, keuangan, ekonomi, kesehatan dan pendidikan, Bandara Ben Gurion dan maskapai penerbangan besar. 

Surat kabar Maariv juga melaporkan bahwa kotamadya di tiga kota besar, Givatim, Hod Hasharon dan Kfar Saba, mengumumkan bahwa mereka akan bergabung dalam pemogokan dan protes pada Senin. Forum Keluarga Tahanan di Gaza menggambarkan keputusan serikat pekerja Histadrut sebagai keputusan moral dan menunjukkan kepemimpinan yang nyata. 

Di Yerusalem, Channel 12 Israel melaporkan bahwa pengunjuk rasa memblokir Jembatan Chords di pintu masuk Yerusalem dan pasukan polisi mulai membubarkan mereka.

Sementara itu, surat kabar Yedioth Ahronoth mengutip penyelenggara protes di seluruh Israel yang mengatakan bahwa 770.000 orang berpartisipasi dalam demonstrasi yang menuntut kesepakatan pertukaran tahanan, termasuk 550.000 orang di Tel Aviv, di tengah penutupan beberapa persimpangan jalan di lebih dari satu lokasi di Israel.

Channel 12 Israel mengatakan bahwa polisi sejauh ini telah menangkap 15 pengunjuk rasa dari demonstrasi Tel Aviv, dan media Israel melaporkan bahwa pemimpin oposisi Yair Lapid ikut serta dalam demonstrasi tersebut.

Koresponden Aljazirah mengatakan ribuan warga Israel berbondong-bondong ke kompleks markas besar pemerintah di Tel Aviv dan Yerusalem untuk menuntut kesepakatan pertukaran segera. Demonstran Israel juga berkumpul di luar kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengecam apa yang mereka sebut sebagai pengabaian tahanan oleh pemerintah, dan menuntut kesepakatan pertukaran tahanan.

Pada Ahad, tentara pendudukan Israel mengumumkan penemuan jenazah 6 tahanan setelah mereka ditemukan di dalam terowongan di kawasan Rafah di Gaza selatan. Mereka mengeklaim para sandera dibunuh anggota Hamas. Namun, Hamas mengatakan mereka terbunuh akibat serangan Israel. Hamas menambahkan, enam sandera itu sedianya akan dibebaskan dalam tahap pertama gencatan senjata yang proposalnya terus ditolak Netanyahu. PM Israel itu bersikeras memertahankan tentara di perbatasan Gaza-Mesir alias Koridor Philadelphi, sikap yang disebut menghalangi dicapainya gencatan senjata.

“Kami benar-benar berpikir bahwa pemerintah mengambil keputusan ini demi kepentingan politik mereka sendiri dan bukan demi nyawa para sandera, dan kami perlu memberi tahu mereka, ‘Hentikan!’” kata Shlomit Hacohen, seorang warga Tel Aviv dikutip the Times of Israel.

photo
Orang-orang mengambil bagian dalam protes yang menyerukan kesepakatan senjata untuk segera pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza di Tel Aviv, Israel, Ahad, 1 September 2024. - (.AP Photo/Ariel Schalit)

Putra seorang sandera Lior Rudaeff, Nadav, berbicara pada protes di Tel Aviv di mana dia mengatakan pemerintah telah melanggar kontraknya dengan rakyat Israel. Rudaeff terbunuh pada 7 Oktober dan jenazahnya dibawa ke Gaza. “Jika Anda tidak menyabotase kesepakatan berulang kali, 26 sandera yang dibunuh di penangkaran akan berada di sini hari ini bersama kami, dalam keadaan hidup. Enam dari mereka bertahan sampai minggu lalu di neraka sehingga sebagian besar dari Anda, para anggota parlemen, tidak akan bertahan satu hari pun,” tuduhnya. 

Einav Zangauker, ibu dari sandera Matan Zangauker, mengatakan: “Matan masih hidup. Anakku masih hidup. Tapi setiap hari adalah perjudian.” Netanyahu, katanya, akan memainkannya “sampai mereka semua mati, tetapi kami tidak akan membiarkannya.” Dia mengatakan enam sandera yang terbunuh tewas “di altar putaran (Koridor) Philadelphi,” mengacu pada perbatasan Gaza-Mesir, di mana perdana menteri bersikeras bahwa Israel harus mempertahankan kendali. “Buku sejarah tidak akan memiliki ruang yang cukup untuk mencatat besarnya bencana yang ditimbulkan oleh Netanyahu,” tegasnya. “Waktumu sudah habis,” katanya. 

“Saya, Einav Zangauker, seorang Likudnik dari Ofakim, memberitahu Anda bahwa ini sudah berakhir.” Dia menyimpulkan: “Inilah waktunya untuk bertindak. Untuk mengguncang bangsa sampai ada kesepakatan. Turunlah ke jalan, hai orang-orang Israel. Pergilah ke jalan!”

Tanggapan Hamas... baca halaman selanjutnya

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement