REPUBLIKA.CO.ID, Saat membaca kitab maulid ada bagian yang biasa dibaca dengan senandung sambil berdiri. Biasanya itu disebut mahalul qiyam. Seperti pada pembacaan kitab Maulid Barzanji karya Syekh Ja'far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad al-Barzanji, mahalul qiyam dilakukan setelah membaca pasal Walamma tamma min hamlihi yang menceritakan tentang detik-detik menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Setelah membaca pasal tersebut, pembaca maulid berdiri, membaca shalawat dan salam serta pujian kepada Nabi Muhammad SAW, yakni diawali dengan membaca bait shalawat asyraqal badru Alaina (telah terbit bulan purnama menyinari kita). Maksudnya adalah telah lahir Rasulullah Muhammad yang mencerahkan kehidupan.
Para ulama menjelaskan bahwa mahalul qiyam merupakan bentuk cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW. Sebab, ketika mahalul qiyam, Rasulullah SAW seakan hadir di majelis maulid itu.
Pengasuh Pondok Pesantren Daarul 'Ilmi Semarang Habib Muhammad bin Farid al-Muthohar mengatakan, berdasarkan perkataan para ulama bahwa setiap pembacaan kitab maulid, baik itu kitab al- Barzanji, Simthud Duror, Diba' dan lainnya, maka Rasulullah hadir dalam majelis tersebut. Bagi orangorang yang dibukakan hijabnya oleh Allah SWT maka dia akan dapat melihat hadirnya Nabi di majelis maulid tersebut.
"Mahalul qiyam itu betul-betul saat kita menyambut Nabi Muhammad SAW," kata Habib Muhammad dalam penjelasan singkatnya. Habib Muhammad mengatakan, dalam keterangan Habib Ahmad bin Hasan al-Attas, bahkan ketika pembacaan maulid Diba', Rasulullah hadir dari awal hingga akhir. Memang, menurut Habib Muhammad, berdiri saat membaca maulid nabi atau mahalul qiyam hukumnya tidak wajib. Namun, sikap berdiri itu merupakan bentuk cinta dan penghor matan kepada Rasulullah yang datang.
Kendati demikian, ada seorang sahabat yang begitu menghormati Rasulullah, dia tetap berdiri ketika para sahabat lainnya telah duduk. Habib Muhammad mengatakan, dalam satu riwayat dijelaskan bahwa ketika Rasulullah datang, seluruh sahabat berdiri. Lalu, Rasul memerintahkan sahabat untuk kembali duduk. Para sahabat pun duduk kembali.
Namun, ada seorang sahabat bernama Hasan bin Tsabit tetap melanjutkan berdiri. Hasan pun mengungkapkan sebuah syair yang menjelaskan bahwa ia berdiri menyambut hadirnya seseorang yang sangat mulia, yakni Rasulullah, adalah wajib baginya. Rasulullah SAW pun tersenyum mendengarnya dan membiarkan Hasan bin Tsabit tetap berdiri.
Sepenggal kisah tentang orang yang enggan berdiri ketika mahalul qiyam ketika pembacaan maulid pada masa Sayid Alwi bin Abbas al-Maliki di Makkah. Dalam sebuah majelis maulid, seseorang yang mengikuti pembacaan kitab maulid tidak berdiri ketika memasuki mahalul qiyam. Ia tetap duduk seolah merendahkan. Setelah pembacaan kitab maulid itu, kaki orang tersebut lumpuh.
Kemudian, ia diberi tahu kesalahannya bahwa itu karena dia tidak berdiri saat mahalul qiyam dan menyepelekan kehadiran Nabi Muhammad SAW. Ia pun bernazar akan berdiri bah kan dari awal hingga akhir pem bacaan kitab maulid bila sembuh. Ia pun sembuh dan menunaikan nazarnya.
"Jadi, tergantung kadar kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Di situ ciri-cirinya kecintaan kepada Nabi Muhammad akan terlihat pada diri kita (ketika mahalul qiyam)," katanya.