Kamis 05 Sep 2024 15:07 WIB

Ayat Quran Dibacakan di Depan Paus Bermakna Orang Nasrani Pun Dapat Pahala, Ini Tafsirnya

Qariah melantunkan dengan merdu dua ayat Alquran di hadapan Paus.

Red: A.Syalaby Ichsan
Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar berfoto bersama tokoh dan pemuka agama usai kegiatan dialog lintas agama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Dalam lawatannya ke Indonesia, Paus Fransiskus menghadiri kegiatan dialog bersama pemuka lintas agama di Masjid Istiqlal serta menandatangani prasasti sekaligus meninjau terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar berfoto bersama tokoh dan pemuka agama usai kegiatan dialog lintas agama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Dalam lawatannya ke Indonesia, Paus Fransiskus menghadiri kegiatan dialog bersama pemuka lintas agama di Masjid Istiqlal serta menandatangani prasasti sekaligus meninjau terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Paus Fransiskus menyambangi Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024), pada hari kedua agenda perjalanan Apolistiknya di Indonesia. Saat acara dibuka, Paus yang tampak duduk berdampingan dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar tampak mendengarkan dengan khusyuk pembacaan kalam Ilahi yakni ayat-ayat suci Alquran dan pembacaan injil.

Qariah melantunkan dengan merdu dua ayat suci Alquran yakni Al-Baqarah ayat 62 dan Al-Hujurat ayat 13 di depan pemimpin umat Katolik tertinggi di dunia tersebut. Ayat Alquran dalam surah Al-Baqarah mengungkap tentang bagaimana sesungguhnya orang beriman, Yahudi, Nasrani, sabiin, ternyata juga mendapatkan pahala di sisi Tuhannya.

Baca Juga

 اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

innallażīna āmanụ wallażīna hādụ wan-naṣārā waṣ-ṣābi`īna man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa 'amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati." (QS Al-Baqarah:62).

Tafsir Al Azhar karangan Buya Hamka mengungkapkan tentang ayat tersebut sebagai berikut: "Inilah janjian yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, atau merk apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. 'Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita (ujung ayat 62/hlm 21).

Yang menarik, Hamka dengan santun menolak bahwa ayat telah dihapuskan (mansukh) oleh ayat 85 surat surat Ali 'Imran yang artinya: "Dan barangsiapa yang mencari selain dari Islam menjadi agama, sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya. Dan di Hari Akhirat akan termasuk orang-orang yang rugi." (hlm 217).

Alasan Hamka bahwa ayat ini tidak menghapuskan ayat 62 itu sebagai berikut: "Ayat ini bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya, segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi Muhammad SAW. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih." (Hlm 217).

"Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85 surat Ali 'Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik; mengakui diri Islam, walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja. Tetapi kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini adalah lengkap melengkapi, maka pintu da'wah senantiasa terbuka, dan kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap (tertulis tetapi) dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia." (Hlm 217).

 

Tentang neraka dan tafsir yang berbeda.. Baca halaman selanjutnya

 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement