Jumat 06 Sep 2024 15:04 WIB

Makna Pengulangan Ayat Dalam Surah ar-Rahmaan

Alquran surah ar-Rahmaan menggunakan gaya kebahasaan yang sangat indah dan bermakna.

Alquran surah ar-Rahmaan.
Foto: Republika/ Nashih Nashrullah
Alquran surah ar-Rahmaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran adalah pedoman universal bagi seluruh manusia. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini tidak hanya menakjubkan dari segi isinya, melainkan juga bahasa yang digunakannya. Banyak ulama dan ahli sejarah sepakat, Kalamullah ini merupakan puncak paripurna penggunaan bahasa Arab.

Di antara sisi keindahan Alquran ialah pengulangan kata-kata yang sama. Hal ini dijumpai dalam surah ar-Rahmaan. Menurut Prof Wahbah az-Zuhaili dalam Kitab Tafsir al-Munir, surah ini dinamai ar-Rahman lantaran dibuka dengan salah satu dari nama-nama Allah yang indah (Asmaul Husna), yaitu ar-Rahmaan--'Zat Yang Mahapengasih.'

Baca Juga

Bahkan, makna ar-Rahmaan "lebih kuat" daripada kata ar-Rahiim, 'Yang Mahapenyayang.' Dikatakan demikian, lanjut az-Zuhaili, sebab ar-Rahmaan bermakna 'Dia Yang mengaruniai nikmat-nikmat besar dan kepada semua makhluk.' Adapun ar-Rahiim bermakna 'Dia Yang memberi nikmat-nikmat kecil dan pemberian itu adalah pemberian yang khusus kepada kaum Mukminin.'

Dalam surah ar-Rahmaan, terdapat pengulangan (tikrar) yakni ayat berikut.

فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Ini diulang sebanyak 31 kali dalam surah tersebut. Arti dari ayat ini adalah, 'Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?' Ungkapan pertanyaan retoris ini ditujukan kepada bangsa jin dan manusia.

Dalam surah ar-Rahman, Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang banyak sekali, yang Dia limpahkan kepada jin dan manusia. Itu agar mereka bersyukur dan tidak kufur.

Banyaknya nikmat yang Allah limpahkan itu menunjukkan kekuasaan dan rahmat-Nya. Dia sudah sepantasnya dijadikan sebagai satu-satunya yang berhak disembah.

Adapun hikmah di balik pengulangan ayat ini, antara lain, untuk menunjukkan tingginya kualitas bahasa Arab yang digunakan dalam Alquran. Gaya penyampaian (uslub) adalah pengulangan (tikrar). Ini dipakai untuk menguatkan kesan dan mendalamkan pemahaman.

Al-Suyuthi dalam kitabnya, Al-Itqan fi Ulumil Qur`an, menyebutkan bahwa tikrar untuk memantapkan pemahaman. Fungsi lainnya adalah memberikan tekanan terhadap masalah yang sedang dijelaskan, mengingatkan kembali, serta menunjukkan betapa besar dan pentingnya masalah itu.

Hal itu sama seperti perkataan seseorang kepada orang yang selalu ditolongnya, tetapi si penerima manfaat kerap mengingkarinya. "Bukankah kamu dahulu fakir kemudian saya berikan kamu harta? Bukankah kamu dahulu tidak punya pakaian, kemudian saya beri kamu pakaian?" Gaya bahasa seperti ini biasa digunakan oleh orang-orang Arab.

Pengulangan ayat dalam surah ar-Rahmaan ini juga bertujuan mengingatkan hamba Allah untuk selalu ingat dan bersyukur kepada-Nya tanpa harus menunggu dan menghitung nikmat-nikmat Allah. Lagipula, nikmat Allah yang tidak akan bisa dihitung. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement