REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) tak lagi mengakui Egianus Kogeya sebagai bagian dari panglima sayap bersenjata Papua Merdeka.
Keputusan itu diambil setelah Egianus dianggap berkhianat dengan menyerahkan pilot Susi Air, Kapten Philip ke TNI-Polri. Padahal OPM sedang menyiapkan pembebasan ke tentara Selandia Baru.
Menurut Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom, kelompok bersenjata Papua Merdeka akan memberi perhitungan atas keputusan Egianus Kogeya tersebut.
“Tidak akan ada ampun bagi kelompok mereka di Tanah Papua. Mereka akan menanggung konsekuensi. Siapa yang berkhianat akan mati. Dia dan keluarganya mengkhianati perjuangan masyarakat Papua. Satu komando berkhiat tidak masalah. Kami (TPNPB-OPM) punya 35 komondo di Papua,” kata Sebby.
Kapten Philip pada Sabtu (21/9/2024) dibebaskan dari penyanderaan. Pilot pesawat perintis milik Susi Air itu dalam penyanderaan kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka, sejak 7 Februari 2023.
Pilot asal Selandia Baru itu, selama ini dalam penguasaan Egianus Kogeya, pemimpin kelompok bersenjata Papua Merdeka yang berbasis di wilayah Nduga, Papua Pegunungan.
Egianus Kogeya adalah salah-satu satu 35 panglima daerah dalam sayap bersenjata TPNPB-OPM. Kapten Philip dibebaskan dan dijemput pasukan gabungan TNI-Polri di Kampung Yuguru, lalu selanjutnya dibawa ke Timika, Papua Tengah dan diterbangkan ke Jakarta, pada Sabtu (21/9/2024).
Kepala Operasi Damai Cartenz Brigadir Jenderal (Brigjen) Faizal Ramadhani membantah adanya uang-uang tebusan dalam usaha-usaha membebaskan Kapten Philip. Faizal, yang kini juga menjabat sebagai Wakapolda Papua itu menegaskan, selama ini, proses komunikasi otoritas keamanan Indonesia dengan kelompok penyandera, mengandalkan pendekatan kekeluargaan.
Ia mengatakan, ada peran para tokoh masyarakat, dan tetua adat, serta para kalangan gereja untuk membujuk Egianus Kogeya melepaskan sandera Kapten Philip.
“Nggak ada tebusan. Tidak ada tebusan. Kita hanya menggunakan sarana kontak saja. Kita mengandalkan peran tokoh masyarakat, kemudian kita juga melakukan pendekatan dengan sarana-sarana kontak, dan itu berlangsung sudah beberapa waktu,” kata Brigjen Faizal.
Dia mengatakan, dalam pembebasan, dan penjemputan Kapten Philip, pasukan gabungan TNI-Polri dari Operasi Damai Cartenz, pun tak ada melepaskan satupun peluru. “Tidak ada gangguan. Kita tidak turunkan pasukan. Hanya tim negosiasi saja. Dan sekarang aman sudah,” begitu kata Brigjen Faizal.