REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Negosiasi keselamatan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Marthens selama penyanderaan oleh kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka di Nduga, Papua Pegunungan, diklaim tidak gratis.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengungkapkan adanya pemberian uang puluhan miliar yang diantarkan oleh mantan Bupati Nduga, Edison Gwijangge kepada pemimpin kelompok bersenjata Papua Merdeka di Nduga, Egianus Kogeya agar melepaskan pilot Susi Air yang disandera sejak Februari 2023 itu.
“Kecurigaan kami (TPNPB-OPM) itu bukan hoaks. Bukan sangka-sangka. Atau bukan praduga saja. Itu (pemberian uang) kami pastikan mereka terima janji uang dan senjata. Uang untuk beli senjata dari Edison Gwijangge,” kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom melalui rekaman suara yang diterima Republika di Jakarta, Senin (23/9/2024).
Sebby menceritakan peran dan sepak terjang Edison Gwijangge sebagai utusan dari TNI-Polri, dan pemerintah Indonesia untuk membawa pulang Kapten Philip dari penguasaan Egianus sudah dilakoni sejak 2023. “Pertama kali Edison Gwijangge pernah membawa (Rp) 25 miliar. Itu 2023. Tetapi mereka (Egianus) menolak. Itu saya dapat laporan langsung dari Egianus Kogeya tahun lalu,” kata Sebby.
Gagal dengan nilai tersebut, kata Sebby, Edison kembali naik ke Nduga, dengan memberikan tawaran uang yang lebih besar. “Kemudian Edison Gwijangge masuk lagi temui Egianus Kogeya bawa lebih dari (Rp) 25 miliar. Dan itu kami ketahui dari laporan-laporan pejuang kami TPNPB Kodap III Ndugama,” ujar Sebby.
Apakah Egianus Kogeya menerima uang lebih dari Rp 25 miliar yang ditawarkan oleh Edison Gwijangge tersebut ? Sebby meyakini, uang antaran kedua itu, diterima oleh Egianus. Hal tersebut, kata Sebby, sudah terasa sejak 31 Agustus 2024. “Uang itu dari Edison Gwijangge mereka terima,” kata Sebby.
Sejak tanggal tersebut, kata Sebby, Egianus Kogeya mematikan seluruh saluran komunikasinya dengan Markas Pusat TPNPB-OPM. Padahal, kata Sebby, komunikasi terakhir dengan Egianus menyepakati untuk melepaskan Kapten Philip dengan alasan kemanusian, dan keselamatan pilot asal Selandia Baru itu.