Senin 30 Sep 2024 07:15 WIB

Hilirisasi Nikel Butuhkan Kolaborasi Semua Pihak

Penerapan GMP penting demi keberlanjutan di dunia nikel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Foto udara areal pasca tambang nikel yang sebagian telah direklamasi di Kecamatan Motui, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (8/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara areal pasca tambang nikel yang sebagian telah direklamasi di Kecamatan Motui, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (8/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilirisasi nikel membutuhkan kolaborasi semua pihak. Terutama dalam menangani prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi para pekerja di industri pertambangan.

"Penerapan K3 sangat penting untuk melindungi pekerja dan juga menjamin keberlanjutan investasi," kata Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan, sekaligus Ketua Asosiasi Pengawas Ketenagakerjaan Indonesia (APKI) Yuli Adiratna, di seminar bertajuk “Human Health & Invironmental Developments in Indonesia’s Nickel Value Chain" yang diselenggarakan Nickel Institute, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Ia mengatakan pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Ketenagakerjaan, terus mendukung segala upaya dalam mewujudkan komitmen penerapan Good Mining Practices (GMP), tidak hanya sebagai regulasi, tetapi juga sebagai budaya yang memerlukan peningkatan berkelanjutan.

Asosiasi Profesi Pertambangan Indonesia (PERHAPI) menegaskan kembali dedikasinya untuk menjaga standar ketat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di seluruh industri nikel. Anggota Dewan Pakar PERHAPI Budiawansyah mencatat persyaratan Good Mining Practices (GMP) di Indonesia, yang juga mencakup aspek K3, harus terus dipatuhi oleh para pelaku industri.

Dengan menerapkan standar-standar ini, PERHAPI memastikan bahwa para pekerja di sektor nikel terlindungi dan sesuai dengan standar internasional terbaru terkait K3. Program K3 harus mampu diselaraskan dengan perkembangan industri hilirisasi dan resikonya, sehingga kinerja keselamatan dapat terjaga dengan baik.

Sementara itu Kepala Kesehatan dan Keselamatan Kerja Harita Nickel Supriyanto Suwarno mengakui penanganan masalah kesehatan manusia dan upaya menekan dampak ekologis dari penambangan nikel masih menjadi tantangan besar. Meski begitu, perusahaan mengusung tiga pilar sebagai bagian dari strategi keberlanjutannya, yaitu tanggung jawab sosial, tata kelola yang baik, dan pengurangan jejak lingkungan.

“Kami juga memastikan bahwa pelaksanaan K3 kami mengikuti standar internasional, khususnya ISO 45001:2018, praktik-praktik terbaik tentang sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja guna memastikan standar operasi yang berkelanjutan. Selain itu, kami fokus memprioritaskan kesehatan para pekerja dan komunitas lokal di sekitar area operasional kami dengan menggelar program edukasi serta program program pemberdayaan lainnya,” tambahnya.

Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Abu Ashar menekankan, keberhasilan lingkungan adalah fondasi dari setiap langkah operasional Vale. "Kami percaya bahwa pertambangan berkelanjutan adalah kunci untuk memastikan bahwa ekstraksi nikel yang penting untuk teknologi hijau, tidak merusak alam," katanya.

Ia mengatakan melalui program penghijauan, pelestarian keanekaragaman hayati, dan integrasi energi terbarukan, kami menciptakan warisan lingkungan yang memprioritaskan keamanan dan membawa dampak positif khususnya bagi masyarakat.

Untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati di sekitar area penambangan nikel, Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) telah mengembangkan serangkaian alat dan survei untuk meningkatkan kesadaran para pelaku industri terhadap habitat flora dan fauna.

Direktur Jenderal CIFOR-ICRAF (Center for International Forestry Research and World Agroforestry) Robert Nasi mengatakan keberlanjutan jangka panjang industri nikel di Indonesia sangat bergantung pada pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab, termasuk melindungi ekosistem, mengurangi deforestasi, dan memitigasi kehilangan habitat.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement