Senin 07 Oct 2024 06:05 WIB

Cerita Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel yang Terus Berlanjut dan Kejayaan Merek Lokal

Di Pakistan, beberapa merek lokal berhasil jadi alternatif pengganti produk Israel.

Red: Andri Saubani
Perempuan dan anak-anak berpartisipasi dalam unjuk rasa di Peshawar, Pakistan, Rabu (20/12/2023) yang diserukan oleh kelompok agama Pakistan Jamaat-e-Islami yang menentang serangan udara Israel di Gaza, dan untuk menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Foto:

Aksi masif boikot produk terafiliasi Israel di Pakistan telah mendorong peluang bagi alternatif lokal. Di mana, beberapa merek berlomba-lomba mengisi kekosongan, dengan beberapa mengalami lonjakan penjualan yang mengejutkan.

Cola Next, merek soda lokal, telah menggantikan merek-merek minuman global dalam beberapa bulan terakhir dengan lonjakan penjualan yang “berlipat ganda,” menurut juru bicara yang menolak memberikan angka pasti.

Kababjis, sebuah jaringan makanan cepat saji lokal, adalah contoh lain dari bisnis yang berkembang pesat akibat boikot ini. Jaringan ini memperkenalkan mereknya sendiri, KFC atau Kababjis Fried Chicken, yang memberikan pukulan keras terhadap penjualan KFC asli, yang mengoperasikan 128 restoran di 37 kota di Pakistan.

Memanfaatkan boikot ini, perusahaan-perusahaan lokal memang secara signifikan meningkatkan penjualan dan keuntungan mereka. Namun banyak juga yang gagal bersaing dengan produk asing dalam hal kualitas dan strategi pasar yang berkelanjutan.

Pada September, mereka yang setuju dengan boikot mencapai 68 persen, sedikit lebih tinggi dari 65 persen yang tercatat pada bulan April, menurut Kashif Hafeez, kepala Pulse Consultant, lembaga pemikir yang berbasis di Karachi yang telah memantau kampanye boikot ini sejak Oktober tahun lalu.

Dibandingkan dengan gelombang pertama pemantauan pada November 2023, terjadi penurunan tajam hampir 15 persen — dari 85 persen menjadi 70 persen.

“Setelah Ramadan, kami mengamati peningkatan signifikan sebesar 16 persen dalam jumlah yang setuju untuk boikot (dari 68 persen pada Desember 2023 menjadi 84 persen pada April 2024),” tambah Hafeez.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement