Senin 07 Oct 2024 16:01 WIB

Pekerja Menengah Berjuang Menghadapi Potongan Gaji yang Kian Menghimpit  

Pentingnya strategi dalam mengelola keuangan di masa sulit ini.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
 Di tengah gejolak ekonomi yang berkepanjangan, pekerja menengah semakin merasakan dampak dari potongan yang kian banyak. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Di tengah gejolak ekonomi yang berkepanjangan, pekerja menengah semakin merasakan dampak dari potongan yang kian banyak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah gejolak ekonomi yang berkepanjangan, pekerja menengah semakin merasakan dampak dari potongan yang kian banyak. Financial Planner Aliyah Natasya menyoroti tantangan yang dihadapi oleh kelas pekerja ini, yang terpaksa mencari cara untuk beradaptasi demi menjaga kestabilan keuangan mereka.

"Situasi ini memang membuat kita harus bekerja lebih keras atau lebih kreatif dalam menghitung anggaran. Banyak yang perlu mencari tambahan penghasilan untuk bisa bertahan," ungkap Aliyah saat ditemui di sela-sela Media Gathering BCA Syariah di Jakarta, Senin (7/10/2024).

Baca Juga

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahun ini telah meningkat signifikan, menyebabkan biaya hidup melambung. Kenaikan harga pangan dan transportasi memaksa banyak pekerja menengah menyesuaikan anggaran. Survei terbaru menunjukkan 65 persen pekerja melaporkan kesulitan menabung akibat potongan gaji yang semakin banyak.

Oleh karenanya, Aliyah menekankan pentingnya strategi dalam mengelola keuangan di masa sulit ini. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan tabungan; kita perlu memikirkan investasi yang tepat. Mengelola pengeluaran dengan bijak dan mencari peluang investasi yang sesuai dapat membantu membangun ketahanan finansial,” jelasnya.

Dia juga mengingatkan untuk mengatasi potongan yang semakin banyak, pekerja harus lebih proaktif dalam mengevaluasi pengeluaran besar dan kecil. “Pikirkan kembali kebutuhan mana yang benar-benar penting dan mana yang bisa ditekan. Ini saat yang tepat untuk mengevaluasi ulang prioritas keuangan,” tambah Aliyah.

Dengan semakin banyaknya pekerja yang terjebak dalam siklus pengeluaran yang tinggi dan tabungan yang menipis, penting bagi individu untuk lebih memperhatikan kesehatan finansial mereka. Aliyah menyarankan agar pekerja mulai mengedukasi diri mereka tentang investasi yang dapat memberikan pengembalian yang lebih baik dan mempersiapkan masa depan yang lebih stabil.

“Tidak ada kata terlambat untuk mulai menata keuangan. Dengan strategi yang tepat dan kesadaran akan kondisi pasar, kita bisa menciptakan peluang di tengah tantangan,” tuturnya.

Dalam menghadapi situasi ini, Aliyah menekankan kolaborasi dan dukungan dari komunitas juga sangat penting. “Kita perlu saling berbagi informasi dan pengalaman untuk meningkatkan literasi finansial di masyarakat, sehingga semua orang bisa lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi ini,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement