REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sebuah amunisi buatan AS digunakan dalam sebuah serangan di pusat kota Beirut yang menewaskan 22 orang dan melukai 117 orang. Demikian menurut analisis serpihan yang ditemukan oleh the Guardian di lokasi serangan.
Serangan pada Kamis (10/11/2024) malam menghantam sebuah kompleks apartemen di lingkungan padat penduduk Basta. Serangan itu meratakan gedung apartemen dan menghancurkan mobil serta bagian dalam rumah-rumah di dekatnya.
Ini adalah serangan paling mematikan di ibu kota Lebanon sejak pertempuran antara Hizbullah dan Israel dimulai setahun lalu.
Seorang responden pertama di lokasi kejadian mengatakan kru penyelamat telah bekerja semalaman untuk menemukan korban selamat dan mengangkat korban tewas dari bawah reruntuhan.
Mereka mengatakan gedung itu dihuni lebih banyak orang daripada biasanya karena penduduk baru-baru ini menyambut orang-orang yang mengungsi dari pengeboman Israel di Lebanon selatan dan pinggiran selatan Beirut.
Bangunan itu merupakan salah satu dari dua bangunan yang diserang di pusat kota Beirut pada Kamis malam, yang menargetkan tokoh senior Hizbullah Wafiq Safa, kepala unit penghubung dan koordinasi kelompok tersebut, Ia dianggap bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan badan keamanan Lebanon. Menurut Reuters, Safa selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
The Guardian menemukan sisa-sisa amunisi serangan langsung gabungan (Jdam) buatan AS di reruntuhan gedung apartemen yang runtuh pada Jumat sore.